Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Prof Ridi Ingin Riset Digital Sibling, Menghubungkan Saudara dan Orangtua yang Sudah Meninggal

Marieska Harya Virdhani , Jurnalis-Selasa, 03 Oktober 2023 |15:33 WIB
Prof Ridi Ingin Riset Digital Sibling, Menghubungkan Saudara dan Orangtua yang Sudah Meninggal
Mengenal riset digital sibling untuk hubungkan saudara dan orangtua yang meninggal (Foto: UGM)
A
A
A

JAKARTA - Artificial Intelligence (AI) bermanfaat bagi kehidupan manusia di masa depan. Hal itu membuat Prof. Dr. Ir. Ridi Ferdiana, S.T., M.T., IPM, pimpinan muda di lingkungan UGM yang bergelar profesor tertarik melakukan penelitian Digital Sibling. Apa itu?

Dosen Teknik Elektro Fakultas Teknik ini berhasil menyandang profesor pada usia 39 tahun. Tidak hanya berhasil meraih gelar akademik tertinggi, namun ia juga tengah mengemban amanah mengurusi teknologi informasi di tingkat universitas. Di tangannya, ia bertanggung jawab melakukan pengelolaan dan pemeliharaan infrastruktur jaringan dan internet di lingkungan universitas serta melakukan perencanaan, pengelolaan, pemeliharaan infrastruktur jaringan, pusat data, dan fasilitas komputasi yang andal.

Saat ditanya riset apa yang ingin ia selesaikan di masa mendatang, Ridi berkeinginan membuat riset tentang digital sibling. Riset tersebut membuat orang bisa berinteraksi dengan saudara, kerabat kandung atau orangtua yang sudah meninggal secara digital lewat teknologi kecerdasan buatan (AI).

“Orang yang sudah meninggal, bagaimana perilakunya bisa masuk ke AI. Harapan saya nantinya anak cucu bisa ngobrol dan berinteraksi. Dari perilaku, cara ngomong, hingga suara dibuat bisa semirip mungkin. Saya memikirkan kodenya (algoritma) seperti apa. Paling tidak bisa mulai dari diri saya sendiri,” katanya dilansir dari laman resmi UGM, Selasa (3/10/2023).

 BACA JUGA:

Selama menjadi pengajar, kata Ridi, ia aktif melakukan penelitian dan mengaplikasikan riset berguna bagi masyarakat maupun perusahaan. Setiap tahun, rata-rata ia bisa memublikasikan 1-2 dua riset baru yang diterbitkan di jurnal atau dipresentasikan dalam sebuah konferensi internasional.

“Setahun kalau produktif, bisa 1 sampai 2 publikasi, satu jurnal dan satu konferensi. Kalau lagi apes, dua konferensi saja. Tiap tahun riset beda topik, karena tergantung pendanaan. Sangat bersyukur, pandanaan di UGM tidak sulit, ada dari Prodi, Fakultas maupun universitas,” kata Ridi yang memiliki kompetensi di bidang riset rekayasa perangkat lunak. Selama lima belas tahun belakangan ini, Ridi mengaku tidak hanya datang ke kampus untuk mengajar. Di sela-sela itu, ia memanfaatkan waktu di laboratorium dan aktif di depan komputer untuk mengurusi riset. Setiap hari ia selalu datang lebih pagi ke kampus dan pulang kerumah hingga jam 5 sore. Sesekali ia datang ke perpustakaan untuk membaca buku. Setiap datang ke perpustakaan fakultas, Ridi bisa menghabiskan waktu hingga 3 jam untuk membaca buku dalam rangka menggali ide riset terbaru yang ingin ia lakukan.

“Ada ruang kecil di lantai tiga, di situ saya kumpulkan banyak buku untuk saya baca. Lalu, buat resume satu-satu. Saya akan pilih ide riset yang mungkin bisa saya lakukan, misalnya riset untuk budget yang bisa dipakai, paling tidak dapat budget 15 juta dari prodi atau 300 juta dari fakultas,” katanya.

(Dani Jumadil Akhir)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita edukasi lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement