Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Chandrayaan-3 Mendarat di Bulan, Temukan Kandungan Belerang yang Tinggi

Salsyabila Sukmaningrum , Jurnalis-Rabu, 27 September 2023 |08:08 WIB
Chandrayaan-3 Mendarat di Bulan, Temukan Kandungan Belerang yang Tinggi
Chandrayaan-3 mendarat di bulan dan temukan belerang (Foto: Freepik)
A
A
A

JAKARTA - Pendaratan Chandrayaan-3 milik India di Bulan membuahkan sebuah fenomena baru. Setelah berhasil mendarat 600 km dari kutub selatan Bulan pada Rabu (23/8/2023) lalu, tim menemukan level sulfur atau belerang yang tak terduga di Bulan.

Dalam waktu kurang dari 14 hari sejak mendarat, Chandrayaan-3 berhasil memberi para ilmuwan data baru untuk menjelajahi Bulan dan Bumi lebih dalam. Data yang ditemukan ini juga telah dirilis kepada seluruh dunia oleh Organisasi Penelitian Luar Angkasa Dunia.

Dilansir dari sciencealert.com, Rabu (27/9/2023), data dari salah seorang tim Chandrayaan-3 bernama Pragyan, tanah yang ada di Bulan mengandung unsur-unsur yang diharapkan seperti besi, titanium, aluminium, dan kalsium. Penemuan tersebut juga termasuk unsur yang tak terduga yakni belerang (sulfur).

Dari penuturannya, selama ini ilmuwan hanya mengetahui bahwa belerang terdapat di batuan dan tanah Bulan namun dalam konsentrasi yang rendah. Pengukuran baru ini menyiratkan kemungkinan adanya konsentrasi sulfur yang lebih tinggi dari yang telah diantisipasi.

Pragyan memiliki dua instrumen yang menganalisis komposisi unsur tanah, yakni spektrometer sinar-X partikel alfa dan spektrometer kerusakan yang diinduksi laser atau LIBS. Kedua instrumen ini mampu mengukur belerang (sulfur) di tanah dekat lokasi

pendaratan. Dari penemuan ini, belerang yang berada di dekat kutub Bulan tersebut akan membantu astronot hidup dari tanah suatu saat dan dapat dijadikan pengukuran penelitian atau ekspansi suatu hari nanti.

Geologi Bulan

Dalam geologi Bulan terdapat dua jenis batuan yakni batuan vulkanik berwarna gelap dan batuan dataran tinggi yang lebih terang. Perbedaan kecerahan antara kedua bahan ini membentuk wajah "manusia di bulan" atau gambar "kelinci memetik nasi" yang familiar jika dilihat dengan mata telanjang.

Para ilmuwan yang mengukur komposisi batuan dan tanah Bulan telah menemukan bahwa material dari dataran vulkanik yang gelap cenderung memiliki lebih banyak sulfur dibandingkan material dari dataran tinggi yang lebih terang.

Diketahui belerang (sulfur) terutama berasal dari aktivitas gunung berapi. Batuan jauh di dalam Bulan mengandung belerang, dan ketika batuan tersebut meleleh, belerang tersebut menjadi bagian dari magma.

Ketika batuan yang meleleh mendekati permukaan, sebagian besar belerang di magma menjadi gas yang dilepaskan bersama dengan uap air dan karbon dioksida. Beberapa belerang tetap berada di magma dan tertahan di dalam batuan setelah mendingin. 

Proses ini menjelaskan mengapa belerang berasosiasi dengan batuan vulkanik gelap di Bulan. Pengukuran sulfur dalam tanah oleh Chandrayaan-3 adalah yang pertama kali dilakukan di Bulan. Jumlah pasti sulfur tidak dapat ditentukan sampai kalibrasi data selesai.

Data yang belum dikalibrasi yang dikumpulkan oleh instrumen LIBS menunjukkan bahwa tanah dataran tinggi Bulan di dekat kutub mungkin memiliki konsentrasi sulfur lebih tinggi dibandingkan tanah dataran tinggi di ekuator dan bahkan mungkin lebih tinggi daripada tanah vulkanik gelap.

Hasil awal ini memberikan para ilmuwan planet yang mempelajari Bulan wawasan baru tentang cara kerjanya sebagai sistem geologi. Namun kepastian ini masih harus menunggu dan melihat apakah data yang dikalibrasi sepenuhnya dari tim Chandrayaan-3 mengkonfirmasi adanya peningkatan konsentrasi belerang.

Belerang Sebagai Sumber Daya Bulan

Untuk misi luar angkasa jangka panjang, banyak lembaga telah memikirkan untuk membangun pangkalan di Bulan. Astronot dan robot dapat melakukan perjalanan dari pangkalan kutub selatan untuk mengumpulkan, memproses, menyimpan, dan menggunakan bahan alami seperti belerang di Bulan atau disebut pemanfaatan sumber daya in-situ.

Pemanfaatan sumber daya in-situ ini membuat lebih sedikit perjalanan kembali ke Bumi untuk mendapatkan pasokan dan membuat astronot lebih banyak waktu dan energi untuk melakukan eksplorasi. Dengan menggunakan belerang sebagai sumber daya, para astronot dapat membuat sel surya dan baterai yang menggunakan belerang, mencampurkan pupuk berbahan belerang, dan membuat beton berbahan belerang untuk konstruksi.

Beton yang berbahan dasar belerang sebenarnya memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan beton yang biasa digunakan pada proyek bangunan di Bumi. 

Pertama, beton berbahan dasar belerang mengeras dan menjadi kuat dalam hitungan jam, bukan minggu, dan lebih tahan terhadap keausan. Campurannya juga tidak memerlukan air, sehingga astronot dapat menghemat air berharga mereka untuk minum, membuat oksigen untuk bernapas, dan membuat bahan bakar roket.

Halaman:
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita edukasi lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement