MALANG - Koleksi keris era kerajaan Majapahit tersimpan rapi di Museum Ganesya Malang. Koleksi keris aneka ragam, baik dari dapur, pamor, luk, mendak, hingga pendok dari peninggalan Kerajaan Majapahit juga terdapat di sini. Menariknya keris-keris ini diamankan khusus di etalase yang dipamerkan pada ruang tertutup dengan dikunci.
Lokasi museum yang berada satu lokasi dengan spot wisata air di daerah Balearjosari, Kota Malang Pengunjung hanya boleh melihat seluruh koleksi keris peninggalan kerajaan besar di Jawa Timur itu dari luar pagar di ruangan khusus tersebut. Sedangkan di dalam ruangan dipamerkan banyak koleksi keris, anting-anting, cincin, gelang, hingga tombak, yang digunakan masyarakat di era Kerajaan Majapahit.
Keris menjadi simbol identitas sosial para bangsawan. Keris bersifat privasi dan personal.
"Di sini menceritakan identitas sosial masyarakat Jawa kuno saat itu. Jadi yang mulai koleksinya berbahan emas, sampai perak dan perunggu. Jadi semua itu benda-benda aksesoris identitas para bangsawan, ini hipotesa. Keris ini juga menjadi identitas sosial masyarakat, orang dulu nggak punya KTP, KTP-nya mereka keris ini. Makanya keris itu ID card bagi masyarakat Jawa kuno, dan ini sifatnya privasi dan tidak boleh diketahui oleh umum," kata Pemandu senior Museum Ganesya Amri Bayu dikutip Rabu (20/9/2023).
Ia mengisahkan bagaimana keris dalam tangguh Tuban misalnya yang dipamerkan juga merupakan peninggalan Kerajaan Majapahit. Ada juga disebut Amri, keris yang berasal bentuk wilayah Jombang, namun berdasarkan tangguh umurnya keris itu berasal dari kerajaan yang sama.
"Yang Singasari kayak betok, kayak bilah pisau pramuka, tapi lebih cembung itu betok, era tangguh Majapahit di daerah Majapahit, yang tangguh Jombang, Tuban itu sefrekuensi satu era dengan Majapahit," jelasnya.
Menurut Amri Bayu, keris ini sengaja dipasang pagar di dalam ruangan khusus untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan. Apalagi secara dimensi metafisika, keris di museum ini juga memiliki dinamika metafisika atau hal-hal mistis. Tampak beberapa keris dari tangguh Majapahit, memiliki penunggu.
"Nilai budayanya paling tinggi, baik untuk diduplikasi maupun dicuri. Kecuali VVIP yang bisa masuk. Tapi yang disini semua kerisnya asli, tidak ada yang terbuat dari plastik atau prototipe," ucapnya.
Di museum ini pengunjung juga terdapat koleksi cermin yang biasanya digunakan oleh para bangsawan Kerajaan Majapahit. Tak ketinggalan beberapa benda cagar budaya seperti Genta Biara, yang biasanya diletakkan di altar pemujaan, mata panah yang digunakan untuk berburu hewan liar di masa Kerajaan Majapahit.
Beberapa barang rumah tangga milik kaum sultan Kerajaan Majapahit seperti Bokor Tempolong yang digunakan sebagai tempat ludah sirih di rumah-rumah kaum bangsawan, Bokor Pinggan yang digunakan sebagai tempat buah-buahan sesajen di kuil, hingga fragmen bokor sebagai tempat makanan atau benda kering, juga terpasang dipamerkan di ruangan museum.
BACA JUGA:
Tak ketinggalan beberapa guci, kendi, dan tempat meminum air temuan dari masa Kerajaan Majapahit dan Kerajaan Singasari. Koleksi ini tersimpan dalam dua buah ruangan besar yang dibatasi kaca. Total ada 71 jenis kendi yang dipamerkan.
"Yang paling banyak temuan kendi susu, ini digunakan diduga untuk upacara pengganti kamandanu, kamandanu dari perunggu ini dari tanah liat makanya yang dipilih kayak coraknya kayak payudara wanita," katanya.
BACA JUGA:
Amri menuturkan, bila kendi kamandalu itu jarang ditemukan. Sebab kendi ini juga susah ditemukan dan biasanya terdapat di pagoda - pagoda. "Itu dari perunggu jarang sekali ditemukan. Carinya seperti pagoda airnya kayak naga untuk masyarakat bentuknya yang biasa," ujarnya.
Jika kamu berminat melihat benda koleksi cagar budaya di Museum Ganesya, anda dapat berkunjung ke Museum Ganesya pada pukul 08.00 sampai 16.00 WIB, dan pukul 18.00 sampai pukul 23.00 WIB dengan harga tiket Rp 25.000 setiap hari kerja.
(Marieska Harya Virdhani)