JAMBI - Potret miris terlihat pada suasana belajar mengajar di SD Negeri 041/VIII Desa Tanah Garo Kecamatan Muara Tabir, Jambi. Sekolah yang diketahui adalah salah satu sekolah penggerak di kabupaten Tebo itu ternyata tidak punya meja dan bangku. Akibatnya, siswa terpaksa belajar di lantai.
Kepala SD Negeri 041/VIII Desa Tanah Garo, Asrizal. B membenarkan adanya proses kegiatan belajar mengajar (KBM) yang dilaksanakan di lantai. Dia juga membenarkan jika status sekolah yang dia pimpin adalah sekolah penggerak.
"Benar, tapi saya masih usahakan untuk sarana meja dan kursi," kata Asrizal dikonfirmasi melalui pesan singkat WhatsApp, dikutip Jumat (15/9/2023).
Asrizal mengaku telah berupaya memenuhi fasilitas pendidikan di sekolah itu. Salah satunya dengan cara mengusulkan pengadaan meubeler kepada dinas terkait.
"Sudah diusulkan, tahun 2024 diprioritaskan. Karena kami sekolah penggerak, makanya jadi prioritas utama," kata dia.
Untuk tahun 2023 ini, lanjut Asrizal menjelaskan, pemerintah akan membangun water closet (WC) atau toilet di sekolahnya. "Saat ini kami memang lagi butuh WC untuk siswa karena yang ada kondisinya kurang kondusif. Kemarin konsultannya sudah datang, cuma belum tahu kapan mulai dibangunnya," katanya.
Sementara itu penelusuran media ini di laman Kemendikbud, SD Negeri 041/VIII Desa Tanah Garo didirikan pada tahun 1972 dan telah memiliki izin operasional pada tahun 2017. Saat ini status sekolah tersebut Akreditasi B.
BACA JUGA:
Dari data Penilaian Tindakan Kelas (PTK) dan Penilaian Diri (PD), sekolah tersebut memiliki 10 orang guru. Dari jumlah tersebut hanya 20 persen (dua orang) guru yang berstatus Aparatur Sipil Negara (ASN). Sementara, jumlah siswa yang terdaftar sebanyak 214 orang dengan rincian 106 orang laki-laki dan 108 orang perempuan. Dari jumlah siswa tersebut dibagi menjadi 9 rombongan belajar.
Di sekolah itu terdapat sembilan ruangan yang dibagi menjadi enam ruangan kelas yang digunakan untuk kegiatan belajar dan mengajar, satu ruangan guru, satu ruang perpustakaan dan satu ruangan lagi digunakan untuk gudang.
Sekolah tersebut belum memiliki ruang praktek, ruang laboratorium, ruang ibadah, ruang UKS, ruang pimpinan (kepala sekolah), ruang TU, ruang konseling serta ruang OSIS. Parahnya, di sekolah tersebut tidak memiliki sumber air bersih untuk kebutuhan sekolah, dan juga belum memiliki akses internet serta tempat bermain atau olahraga.
(Marieska Harya Virdhani)