JAKARTA - Perjuangan seorang anak untuk menuntut ilmu patut diacungi jempol. Potret itu terlihat dari kisah seorang pelajar sekolah di Kamboja yang menyusuri sungai setiap hari menuju ke sekolahnya. Ia menaiki rakit dari busa yang keamanannya sangat diragukan.
Meski mempertaruhkan nyawanya, pelajar perempuan tersebut tidak peduli demi menuntut ilmu. Chhong Kunthea merupakan seorang pelajar yang masih berusia 6 tahun. Di umurnya yang masih terbilang sangat belia, Kunthea harus bergantung dengan alat transportasi yang seharusnya digunakan sebagai transportasi darurat untuk pergi ke sekolah apung setiap hari.
Kunthea merupakan anak ke empat dari enam bersaudara. Ayahnya bernama Euy Kim, usia 40 tahun dan Ibunya bernama Phat Chantha. Ia bersama keluarganya tinggal di sebuah rumah apung di Provinsi Siem Reap, Kamboja. Karena kondisi finansial keluarga nya, Kunthea pergi ke sekolah menggunakan rakit buatan Ayahnya.
Murid kelas satu sekolah dasar tersebut bersekolah di Mechery Primary School, salah satu sekolah apung yang berada di desa Peam Ta Or di komune Keo Poa, distrik Puok Provinsi Siem Reap. Awalnya keinginan bersekolahnya ditolak oleh orang tuanya karena alasan keamanan, namun Kunthea tidak menyerah begitu saja hingga kedua orang tuanya mendukung penuh.
Keinginannya untuk sekolah sangat tinggi, padahal Kunthea merasa tidak terlalu pandai berenang sehingga seringkali Ia takut di perairan. Beberapa kali rakit buatan tersebut tidak bisa dipakai karena rusak atau ada perbaikan. Meski begitu, semangatnya tak hilang sama sekali. Ia pergi mencari tumpangan dari orang lain yang juga menaiki perahu.
Nama Chhong Kunthea menjadi dikenal orang setelah salah seorang youtuber memposting video tentangnya saat menuju perjalanan ke sekolah. Video tersebut diunggah di kanal Youtube Rumduol TV pada awal Agustus lalu. Dari situ, Ia mendapatkan bantuan dari banyak pihak, salah satunya perahu yang lebih layak untuk pergi ke sekolah.
“Saya sangat senang mendapatkan (hadiah) dua perahu yang bisa saya gunakan untuk ke sekolah. Sekarang tidak perlu lagi menaiki rakit busa”, kata Kunthea, dikutip dari The Phnom Penh Post, Jumat (8/9/2023).