Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Cerita Kepala Sekolah di Hutan soal Tak Ada Listrik dan Internet

Marieska Harya Virdhani , Jurnalis-Senin, 28 Agustus 2023 |09:29 WIB
Cerita Kepala Sekolah di Hutan soal Tak Ada Listrik dan Internet
Cerita sejumlah sekolah di daerah terpencil minim listrik dan internet (Foto: Kemendikbudristek)
A
A
A

JAKARTA - Program Merdeka Belajar yang digulirkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi mengusung Sekolah Penggerak di berbagai daerah terpencil dan terluar. Sekolah-sekolah di pelosok desa dengan minim akses internet dan listrik menjadi sasaran.

Pelaksana tugas (Plt.) Direktur SMA, Winner Jihad Akbar berharap sekolah lain dapat meniru dan mengambil bagian terbaik dari sekolah pelaksana PSP.

PSP merupakan kebijakan Merdeka Belajar Episode ke-7 dan sekarang memasuki angkatan ke-3. 

"Sudah ada 14.233 satuan pendidikan pelaksana Sekolah Penggerak dari tiga angkatan. Dari tiga tahun intervensi PSP, banyak perkembangan dan praktik-praktik baik yang sudah dilaksanakan,” kata Winner dalam keterangan resmi kepada Okezone, Senin (28/8/2023).

Winner menyampaikan apresiasi dan kekagumannya atas perjuangan yang dilakukan oleh kepala sekolah dan ekosistem sekolah pelaksana PSP. Dia mengatakan meski awalnya ada kebingungan, sedih, kesulitan-kesulitan, kefrustasian, terlihat dari awal pelaksanaan PSP tapi terlihat juga ada kegigihan dan pantang menyerah. 

 BACA JUGA:

"Ini menandakan kita kuat, dengan semangat dan kegigihan, dan kesabaran ternyata kita berhasil melampaui rintangan. Saya jadi terharu, banyak yang terus bergerak memajukan pendidikan di negeri ini meski dihadapkan pada banyak tantangan,” ujarnya.

Rasa haru itu muncul, terang Winner, setelah melihat kegigihan para kepala sekolah untuk mengupayakan yang terbaik bagi transformasi pendidikan di sekolah masing-masing di tengah berbagai keterbatasan. Padahal, banyak sekolah yang letaknya di daerah terpencil dan memiliki fasilitas fisik yang minim atau kurang memadai. 

"Tak sedikit juga yang akses terhadap teknologi dan internet yang sangat terbatas. Ternyata banyak kepala sekolah yang tetap konsisten bergerak dan menginspirasi,” katanya.

Program Sekolah Penggerak (PSP) yang dimulai pada tahun 2021 bagi sekolah terpilih di beberapa daerah di Indonesia, kini menjadi pancaran harapan dan inspirasi bagi banyak sekolah lain. Melalui dedikasi yang tak tergoyahkan dan pendekatan inovatif, para pelaksana PSP mampu menghadirkan perubahan positif berupa transformasi pembelajaran di daerahnya dan menerangi jalan bagi generasi mendatang. 

Salah satu cerita mengharukan diungkapkan Yuliana, Kepala SD Negeri 077311, Tuhoowo, Nias Selatan. Ia menceritakan, sebelum sekolahnya menjadi pelaksana PSP, ia hampir merasa putus asa karena banyaknya tantangan yang dihadapi. 

“Sekolah saya ada di daerah tertinggal, terdepan dan terluar. Sinyal susah. Listrik juga sering padam. Gedung sekolahnya? Jauh dari kata memadai. Jelek dan banyak tambalan di sana-sini. Saya nyaris mengundurkan diri sebagai kepala sekolah karena frustasi,” kata Yuliana.

 BACA JUGA:

Saat nyaris putus asa itulah Yuliana menemukan Program Sekolah Penggerak. Ia kemudian mencoba mendaftar. 

“Saat hendak daftar, mati lampu. Internet mati. Dalam hati kecil saya, rasa-rasanya tak mungkin sekolah ini bisa bergabung dengan Program Sekolah Penggerak,” tuturnya.

Halaman:
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita edukasi lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement