Menurutnya, kakak iparnya harus membayar Rp 700 ribu ditambah Rp 63 ribu untuk uang psikotes. Sementara total uang keseluruhan seragam mencapai Rp1 juta.
"Jadi kakak ipar saya beli yang biru putih dan pramuka Rp 300 ribu itu 2 stel sudah jadi dan dapat dasi+topi. Kalau total lebih dari Rp 1 Juta karena harus tambah jahit seragam batik yang dapat dari sekolah," tuturnya.
Ia cukup menyayangkan penarikan biaya pembelian seragam yang mahal tersebut. Ia berharap ke depannya tidak ada permasalahan serupa.
"Saya pribadi pernah berkecimpung di dunia pendidikan dulu, tolong jangan ada masalah seperti ini lagi. Tidak semua siswa berasal dari kalangan mampu. Banyak juga orang tua memilih memasukkan anaknya ke sekolah negeri karena diharapkan biayanya lebih murah melalui subsidi penerintah untik SPP, buku dan sebagainya," tuturnya.
(Erha Aprili Ramadhoni)