“Museum Konperensi Asia Afrika sendiri masih berupaya mewujudkan museum yang ramah disabilitas secara bertahap. Mudah-mudahan setelah acara hari ini, Museum KAA dapat belajar lebih banyak untuk membuat museum kita ini menjadi lebih inklusif dan jadi lebih tahu tentang kebutuhan disabilitas netra,” timpal Wisnu selaku perwakilan edukator museum.
Setelah kegiatan workshop, sosialisasi dan FGD, teman-teman netra diajak berkeliling untuk menikmati suguhan berbagai saksi bisu sejarah peristiwa Konferensi Asia Afrika yang berlangsung di Kota Bandung 68 tahun silam.
Acara pun semakin meriah oleh penampilan bakat dari teman-teman netra yang bersuara merdu, yaitu Delia yang memiliki pengalaman berduet bersama Yura Yunita, dan juga Atep sulaeman.
Para dosen dari program studi S1 Ilmu Komunikasi dan Digital Public Relations Telkom University berkomitmen untuk terus berupaya mengembangkan riset agar program pengabdian ini dapat berlangsung secara kontinyu demi terwujudnya salah satu poin dari Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya dalam mempromosikan kesetaraan, pendidikan, komunitas berkelanjutan, dan kemitraan.
(Nanda Aria)