Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Telkom University dan Museum KAA Ajak Teman Netra Rumuskan Konsep Museum Ramah Difabel

Nanda Aria , Jurnalis-Sabtu, 24 Juni 2023 |17:35 WIB
Telkom University dan Museum KAA Ajak Teman Netra Rumuskan Konsep Museum Ramah Difabel
Ilustrasi/ Doc: Istimewa
A
A
A

 

BANDUNG - Museum merupakan sarana pengembangan budaya sekaligus sarana pembelajaran yang diperuntukkan bagi seluruh masyarakat, tak terkecuali bagi para difabel. Sayang, belum semua museum di Indonesia ramah bagi pengunjung difabel, khususnya pengunjung tunanetra.

Berangkat dari kegelisahan ini, tim dosen dari Fakultas Komunikasi dan Bisnis, Telkom University hadirkan workshop dan sosialisasi bertajuk Aksesibilitas Informasi dan Pemberdayaan Tunanetra dalam Menciptakan Brand Museum Ramah Disabilitas (21/6/2023).

 BACA JUGA:

Bunda Asuh Disabilitas Jawa Barat, Atalia Praratya mengatakan, hadirnya teknologi assistive di museum adalah solusi yang mengagumkan yang memungkinkan penyandang tunanetra untuk meraih kemandirian, akses informasi, dan kesempatan yang sama.

"Saya sangat mendukung dan mengapresiasi Universitas Telkom dengan segala inisiasinya,” ujar sosok yang akrab disapa Bu Cinta ini.

 BACA JUGA:

“Saya harap hal ini dapat memberi akses yang adil untuk mereka yang hidup dengan keterbatasan pengelihatan,” sambungnya.

Kegiatan ini berlangsung di Museum Konperensi Asia Afrika (KAA) Bandung dan dihadiri oleh Deddy Mulyana selaku Plt Kepala Museum, para edukator museum KAA, serta teman netra dari Yayasan Mata Hati Indonesia.

Pada sesi pertama, para narasumber dari Telkom University memberikan pembekalan kompetensi komunikasi bagi edukator museum dalam berinteraksi dengan pengunjung tunanetra. Sesi kedua, teman-teman netra, perwakilan Museum KAA, dan dosen-dosen Telkom University “duduk bareng “ untuk merumuskan solusi dalam menciptakan museum yang ramah difabel.

“Ini merupakan sebuah penghormatan dan upaya pemenuhan hak bagi penyandang disabilitas dalam mengakses informasi, mudah-mudahan apa yang telah kita bahas dalam FGD (focus group discussion) dapat terlaksana, tentunya dengan melibatkan teman-teman disabilitas,” ujar Dudi N. Rahimi, selaku Kepala Bidang Pengembangan Program Yayasan Mata Hati Indonesia.

Halaman:
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita edukasi lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement