TAPANULI UTARA - Bupati Tapanuli Utara, Nikson Nababan mengikuti sidang disertasinya di IPDN. Dalam sidang itu, Nikson memaparkan perencanaan pembangunan desa melalui data presisi.
Bertindak sebagai promotor adalah Prof. Dr. Khasan Effendy., M.Pd., dengan co-promotor Prof. Dr. Dahyar Daraba., MSi dan Dr. Mansyur Achmad. Sidang dipimpin Wakil Rektor IPDN, Dr. Hyronimus Rowa.
Nikson Nababan, menjelaskan dari perencanaan data desa tersebut, kemudian dikonstruksikan dalam model NIKSON (needs, innovation, knowledge, synergy, operation and norm) dalam perencanaan pembangunan daerah berbasis data presisi.
Tahapan proses perencanaan didasarkan pada diagnosa masalah yang tepat dalam penentuan tujuan dengan proyeksi by name, by address dan by coordinate. Model NIKSON diperoleh dari data desa presisi perencanaan pembangunan daerah di Tapanuli Utara.
“Perencanaan meliputi diagnosa masalah, tujuan, prakiraan dan proyeksi, pengembangan alternatif, analisis feasibilitas, evaluasi dan pelaksanaan,” ujar Nikson Nababan dalam sidang desertasi dengan judul “Perencanaan Pembangunan Berbasis Data Desa Presisi di Kabupaten Tapanuli Utara Provinsi Sumatera Utara” dengan hasil memuaskan dengan indeks prestasi kumulatif 3,82 di Sekolah Pasca Sarjana Institut Pemerintahan Dalam Negeri.
Menurut Nikson Nababan, ada beberapa syarat utama penciptaan sinergitas; kepercayaan, komunikasi yang efektif, umpan balik yang cepat (feedback) dan kreativitas.
“Semua pihak dapat berperan menentukan arah dan tujuan perencanaan pembangunan yang harus terjaga dalam bentuk data desa presisi sesuai kehidupan masyarakat,” ujarnya.
Menurut Nikson Nababan, penggunaan data yang akurat dari tingkat administrasi terendah yaitu pemerintahan desa sangat penting dalam menentukan perencaan pembangunan. “Tapanuli Utara sudah menerapkan pentingnya basis data desa,” kata dia.
Nikson Nababan kemudian menterjemahkan model NIKSON dengan semboyan, “Desa Kuat, Kota Maju, Indonesia Mandiri dan Berdikari (MARDEKA)”.
“Semua parameter pembangunan digunakan untuk mewujudkan masyarakat Tapanuli Utara yang sejahtera dan mencerdaskan kehidupan bangsa,” tutur Nikson Nababan.
Namun, Nikson Nababan mengakui dalam proses penyusunan data desa presisi masih terdapat hambatan. Di antaranya, keterbatasan sumber daya manusia dalam mengoperasikan teknologi digital, keterbatasan jaringan teknologi informasi di wilayah pedesaan Tapanuli Utara dan kebanyakan warga desa berladang sehingga sulit ditemui enumerator.
Dia menyarankan pemerintah menggunakan data desa presisi dalam perumusan kebijakan pembangunan. Ketersediaan data presisi dapat memotret gambaran desa secara akurat. “Pemerintahan desa, kabupaten sampai pemerintah pusat akan mudah menentukan prioritas pembangunan sesuai kemampuan anggaran,” kata Nikson Nababan.