TAK perlu lama untuk jatuh cinta dengan novel satu ini. Penulis mampu mendeskripsikan Dwita Ekadara atau akrab disapa Caca, sosok sang tokoh utama sebagai pribadi yang memikat, dengan segala keistimewaan yang dimilikinya. Tak hanya mengeksplorasi Caca sebagai karakter utama, penulis juga menyajikan sosok-sosok lain, yang membuat terasa seperti sedang makan camilan yang terus tak mau berhenti.. eugh 575 halaman.. Tahu-tahu sudah tamat..!
Bohong… kalau gak sampai nangis, mbrebes miliii, marah, kesal, kecewa, bahagia, dan perasaan campur aduk lainnya yang dirasakan sang tokoh utama dan tentu saja para tokoh lainnya yang silih berganti berhasil mengaduk-aduk perasaan. Hehe maafkan gak bermaksud lebay…
Meskipun novel ini diselesaikan pada 2008 seperti diutarakan sang penulis di halaman kata pengantar, namun ia berupaya menyesuaikan dengan kondisi kekinian. Hal itu terlihat dari alur cerita yang dilengkapi dengan joke kekinian dan social media friendly. Penulis juga menyelipkan quote dari penulis ternama seperti Tere Liye hingga Kahlil Gibran, juga kata-kata berisi motivasi yang tak kalah membekas.
Menariknya lagi, penulis yang berlatar belakang sebagai pendidik dapat menjelaskan dengan baik tentang program pendidikan akselerasi di kalangan anak-anak yang punya kepintaran di atas rata-rata, yang mungkin belum diketahui secara luas oleh publik.
Sehingga, bukan hanya sekedar menghibur, novel ini juga layak direkomendasikan menjadi bahan literasi untuk menambah wawasan.
Follow Berita Okezone di Google News