JAKARTA - Mark Manson melalui buku Segala-galanya Ambyar “Sebuah Buku Tentang Harapan” mencoba menjelaskan setiap manusia membutuhkan sebuah harapan untuk terus bisa merasa hidup di tengah kekacauan.
Penulis sekaligus blogger asal New York itu membahas cara pandang baru tentang harapan tersebut.
Mark mengartikan harapan sebagai sesuatu yang bersifat transaksional, sebuah tawar-menawar antara perilaku seseorang saat ini dengan sesuatu hal yang dikhayalkan, suatu masa depan yang menyenangkan.
Buku ini memperlihatkan kepada pembacanya bahwa tindakan berharap bukan hanya tentang berlaku pamrih namun juga bertindak semacam kekanak-kanakan.
BACA JUGA:
Bagaimana tidak kekanak-kanakan? Contohnya ketika seseorang jatuh cinta kepada orang lain maka ia pasti berharap menerima sesuatu dari orang yang dicintainya berupa cinta kembali, ini semacam wadah pertukaran perasaan.
Eits namun orang dewasa harusnya tidak seperti itu, orang dewasa akan merdeka begitu saja memberi apa pun tanpa mencari imbalan karena jika begitu maka akan menghancurkan hakikat tujuan pemberian itu.
Follow Berita Okezone di Google News
Harapan pula diibaratkan oleh Mark sebagai sebuah ajang perlombaan mengejar kebahagiaan yang tidak ada habisnya. Karena ketika sebuah tujuan sudah tercapai akan ada tujuan baru yang menggantinya.
Ironis sekali ketika dalam proses mencari kebahagiaan kita menghalalkan segala cara untuk mendapatkannya dan saat sudah tercapai kita malah tak puas dan terus mengejar kebahagiaan lebih lagi hingga menghilangkan hakikat bahagia itu sendiri.
Kemudian bagaimana cara menghadapi kehidupan yang penuh ke-ambyar-an ini jika harapan pun tak bisa menjamin? Buku ini pun menjawab dengan sebuah rumus “Jangan mengharapkan kehidupan yang lebik baik, cukup hiduplah dengan baik”
BACA JUGA:
Artinya jangan memimpikan ini dan itu untuk masa depan namun capailah kematangan dan kehormatan di masa kini, disini dan saat ini juga. Buku ini menggebrak pembacanya dengan plot twist yang sangat mengagumkan.
Kiranya tujuan pembaca membaca buku ini adalah mencari sebentuk harapan dan jaminan situasi akan menjadi lebih baik di masa depan namun hasilnya buku ini tak miliki jawaban semacam itu.
Kendati demikian gaya khas campuran antara penelitian dan humornya akan membuat pembaca terhanyut menikmati setiap alur dalam buku ini loh.
Ditambah lagi dengan berbagai contoh dan padu padan beberapa gambar membuat kita lebih memahami apa yang sedang penulis sampaikan.
Pada akhirnya terlepas dari semuanya, buku ini sangat recomended bagi orang-orang yang sedang mengalami masa ambyar dalam hidup dan ingin mencari cara pandang baru untuk menanganinya.
Kiranya rumus atau gagasan “jangan berharap” dari buku yang mempunyai 386 halaman ini dapat jadi solusi hidup yang briliant bagi orang-orang yang sudah lelah untuk berharap dan kecewa hingga cukup melakukan yang terbaik sekarang.
Nurhasanah adalah Mahasiswa UIN Bandung. Penulis juga aktif dalam Presma Suaka UIN Bandung.
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis Okezone.com tidak terlibat dalam materi konten ini.