Di dalam gelas air mineral tersebut kemudian diisi media tanam sederhana. Media tanam tersebut terdiri dari 50 persen bulu ayam dan 50 persen sisanya adalah formula kompos yang digunakan sebagai nutrisi.
"Nah kalau komposnya ini campuran dari serbuk gergaji kayu, kotoran ternak, rumput yang mengambang di air dan diformulasikan dengan tetes tebu," terang Tenaga Ahli Pertanian UMY, Ki Mulyono, Rabu (4/1/2023).
Di setiap gelas plastik air mineral tersebut kemudian ditanam 1 batang bibit padi. Pihaknya sengaja menanam 1 batang bibit padi karena nanti akan berkembang dengan baik ketimbang bibit padi yang sudah berumur.
Rakit yang berisi belasan atau puluhan gelas plastik air mineral dengan tanaman padi di atasnya tersebut kemudian diletakan begitu saja di rawa ataupun di kolam.
Tanpa harus memberikan pupuk tambahan lagi, padi tersebut akan tumbuh normal hingga panen.
"Kalau panen itu sesuai usia padi. Kalau Rojo Lele Tumpah ini bisa 4 bulan, tapi kalau IR 64 tentu lebih pendek lagi usia panennya,"terangnya.
Menurutnya dengan sistem ini ternyata mampu menghemat pengeluaran petani karena tidak perlu membeli pupuk lagi.
Di samping itu, dengan tanaman padi ternyatat tidak menyebabkan pendangkalan dan justru membuat air semakin bersih.
Karena akar dari padi ini justru mengikat lumpur dan membuat air menjadi jernih.
Sistem ini, lanjut dia, sudah mereka terapkan di lahan gambut yang ada di Kalimantan. Bahkan sudah dua kali masa panen.
Hasilnya memang cukup belum seperti tanaman padi di lahan biasa, namun setidaknya bisa menjadi solusi di lahan marjinal.
"Kalau kemarin Kalimantan udah lumayan 2,4 sampai 5 ton perhektarnya,"ungkapnya.
Rektor UMY Prof Dr Ir Gunawan Budiyanto mengatakan setiap tahun Indonesia kehilangan lahan subur sebanyak 1.400 hektare di Pulau Jawa.
Sehingga pemerintah harus mencari alternatif luas lahan yang lain untuk tanaman pangan.
"Kebetulan yang paling banyak tersedia itu kan lahan marginal lahan yang tidak subur,"ungkap dia.
Sehingga dia menyebut ada dua persoalan lahan di tanah air. Di mana lahan produktif di Jawa sudah banyak berkurang dan ada lahan marginal atau lahan yang kurang subur termasuk lahan gambut berada di luar pulau Jawa.
"Salah satu ciri lahan gambut itu pada umumnya adalah kondisinya yang selalu tergenang dan dipengaruhi oleh oleh pasang surut air laut dan juga air sungai," kata dia.
Oleh karena itu, UMY lantas berupaya mencari solusi bagaimana lahan marjinal seperti lahan gambut tersebut tetap bisa ditanami padi.