Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Memaksimalkan Fungsi dari Memori Individu dengan Mengonsumsi Informasi 'Secukupnya'

Dimas Adytya Putranto , Jurnalis-Rabu, 07 Desember 2022 |17:42 WIB
Memaksimalkan Fungsi dari Memori Individu dengan Mengonsumsi Informasi 'Secukupnya'
Ilustrasi/Unsplash
A
A
A

Tidak akan ada orator-orator yang mengubah dunia tanpa memori yang mereka gunakan untuk mengartikulasikan gagasan yang pernah terbesit di kepala mereka.

Tidak akan ada musisi-musisi hebat yang tersebar di seluruh dunia sekarang karena tanpa memori, mereka tidak akan ingat bagaimana cara memainkan intro lagu yang ingin mereka mainkan.

Kalau kedua contoh itu belum cukup, tanpa memori, percakapan sehari-hari yang ada di rumah bersama dengan orang tuamu akan diisi dengan pertanyaan “siapa namamu dan mengapa aku di sini bersamamu?”.

Terlalu jauh, tanpa memori, bahasa pun tak akan pernah bisa kamu kuasai. Saya kira contoh-contoh itu cukup untuk menggambarkan betapa canggihnya memori yang ada di dalam otak manusia.

Pertama-tama, ada baiknya kita membahas terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan memori agar pemahaman kita sama sedari awal. Memori atau yang dikenal oleh Bahasa Indonesia sebagai daya ingat adalah suatu hal yang penting bagi manusia karena merupakan kekuatan jiwa manusia untuk menerima, menyimpan, dan mereproduksi kesan-kesan, pengertian-pengertian, dan tanggapan.

Lalu, berdasarkan jangka waktu dari tinggalnya informasi yang berada di dalam diri manusia, memori terbagi atas dua jenis, yaitu memori jangka pendek dan memori jangka panjang. Kalau memori jangka pendek digunakan untuk menyimpan informasi yang temporer atau hanya dalam beberapa saat, memori jangka panjang adalah memori yang menyimpan informasi-informasi jangka panjang dan bisa bertahan selama bertahun-tahun.

Cara bekerja memori jangka pendek dan memori jangka panjang juga bersifat saling berkesinambungan.

Misalnya, ketika informasi lama yang sudah tersimpan di dalam memori jangka panjang itu terdorong oleh masuknya informasi-informasi baru maka pilihan untuk informasi lamanya adalah antara terbuang atau di-transfer untuk masuk ke dalam memori jangka panjang.

Hal ini dikarenakan memori jangka pendek memiliki batasan yang menurut berbagai macam penelitian tidak jarang melebihi delapan item.

Hipotesis tersebut ternyata diperkuat oleh seseorang Bernama George A. Miller yang mencoba mendalami seberapa besar sebenarnya kapasitas otak kita dalam memproses sebuah informasi.

Ia menuliskan sebuah artikel terkenal yang berjudul “The Magical Number Seven, Plus or Minus Two”, dasar dari karya tulisnya tersebut adalah sebuah penelitian oleh seseorang bernama Jacobs yang menemukan bahwa seseorang rata-rata hanya bisa menghafalkan 7,3 huruf dan 9,3 kata.

Keterbatasan ini dianggap Miller karena manusia memiliki sebuah mekanisme yang disebut short-term memory.

Menurut seseorang psikolog kognitif dari Universitas Missouri yang beranama Nelson Cowal, disebutkan bahwa dalam jangka panjang, memori itu dikodekan ke dalam pola-pola syaraf dan kemampuan otak kita dalam mengaitkan pola-pola itu tidak terbatas, jadi, secara teori, jumlah memori yang ada di dalam pola-pola itu juga tidak terbatas.

Jadi, sebenarnya kalau sebuah informasi sudah berada di long-term memory akan lebih sulit untuk dilupakan ketimbang ketika informasi baru masuk di dalam short-term memory.

Halaman:
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita edukasi lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement