Penyebab seseorang melakukan self diagnose karena merasa penasaran dengan gejala yang dialami, bingung, tertekan dan tidak dapat menahan emosi negatif.
Sehingga, mereka mencari informasi terkait keluhan yang dialami dan membandingkannya dengan gejala suatu jenis gangguan kesehatan melalui akses internet.
Contoh self diagnose gangguan kesehatan mental yaitu misal ketika merasa sedih dan tak lama merasa senang, kemudian mencari tahu di internet apa yang sebenarnya dialami olehnya.
Nah, di internet ditemukan bahwa mood swing biasanya dialami gangguan bipolar kemudian melabeli dirinya sebagai orang dengan gangguan bipolar.
Padahal langsung menyimpulkan apa yang diketahui tanpa mengonsultasikan lebih spesifik kepada yang professional itu tidak boleh.
Penanganan yang salah pada gejala yang terjadi dapat memperburuk keadaan.
Banyak yang beranggapan bahwa memiliki gangguan kesehatan mental merupakan suatu hal yang keren.
Tidak jarang kita menemukan orang yang seakan akan ingin menunjukkan kesedihannya sebagai bentuk depresi, stress dan lainnya.
Ada juga yang menuliskan di bio media sosialnya bahwa dirinya seorang penyitas gangguan mental padahal sebenarnya bukan.
Tidak hanya itu, bahkan ada yang melakukan hal yang lebih ekstrim seperti menyakiti dirinya sendiri dengan menyayat tangan (cutting) serta mengunggahnya di media sosial untuk mencari perhatian.
Padahal kesehatan mental tidak bisa dianggap sepele. Dan self diagnose juga sangat tidak dianjurkan karena dapat memberikan dampak negative bagi kesehatan mental sendiri.
Dengan melakukan self diagnose, seseorang akan merasa sangat cemas, takut apabila hasilnya menjadi kenyataan dan menjadi stres.
Sehingga orang tersebut akan terganggu dalam menjalankan aktivitas sehari-hari karena meyakini kebenaran hasil self diagnose yang dilakukan.