Maka, kebanyakan orang menjadikan media sosial sebagai coping stress mereka. Namun, alih-alih menjadi coping stress, waktu yang terlalu lama untuk menghabiskan waktu bermain sosial media dapat membuat seseorang ketergantungan.
Hal ini pun selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Zhang, C., dkk. (2020) yang menyatakan bahwa pandemi Covid-19 memberikan dampak psikologis pada remaja.
Untuk mencegah ketergantungan media sosial dan kecemasan yang timbul, kita perlu melakukan beberapa hal yang positif, seperti:
Melakukan self-healing. Self-healing dapat dilakukan dengan melakukan mindfulness (Papenfuss, I., dkk., 2020), yaitu dengan menempatkan pikiran dan perasaan kita berada pada saat ini, tidak mengembara ke masa lalu ataupun masa depan.
Selanjutnya dengan guided imagery (Leigh, E., dkk., 2019), yaitu dengan memejamkan mata dan membayangkan suatu hal yang menyenangkan. Meskipun hal ini bersifat jangka pendek, namun dapat dijadikan sebagai pertolongan pertama. Lalu melakukan self-talk, yaitu dengan berbicara kepada diri sendiri dengan kalimat positif.
Melakukan pendekatan spiritualisme, hal ini dapat dilakukan dengan menulis jurnal kebersyukuran, yaitu dengan menulis hal-hal kecil yang dapat membuat kita merasa bersyukur setiap hari.
Membatasi penggunaan media sosial, kita perlu membatasi waktu dan menggantikannya dengan melakukan hal-hal yang lebih bermanfaat atau produktif.
Menyadari bahwa dunia maya adalah dunia yang semu, kita tidak boleh terlena dengan apa yang terjadi di media sosial dan harus tetap fokus dengan apa yang sebenarnya terjadi.
Fatiah Zahra Adinda
Aktivis Persma Eryhthro FK UNS
(Natalia Bulan)