"Jadi maksimumnya hanya 900 watt per harinya, kalau dikalikan 30 hari satu bulan, kita sudah mendapat 24 kWh. Dan itu sangat cukup kalau untuk daerah terpencil, daerah yang remote, yang susah aliran listrik PLN. Di wisata hutan itu jarang teraliri listrik oleh PLN, inovasi kami dari Polinema ini untuk mengembangkan wisata di daerah-daerah, sehingga kalau di situ ada listrik, pengunjung akan tertarik untuk sekedar nge-charge handphone," jelas Irwan.
Menariknya peralatan pembangkit listrik tenaga angin dan surya ini dikembangkan perawatan dengan metode IoT yang bisa dipantau dari jarak jauh.
Pasalnya dikatakan Sapto Wibowo, medan yang sulit menuju lokasi menjadikan pemantauan peralatan cukup dikontrol melalui sistem smartphone android jarak jauh.
"Dengan teknologi IoT proses maintenance, proses pengecekan, bisa dilakukan secara remote atau jarak jauh, kalau memang dari data di Android menunjukkan satu ketidakberesan maka kita mengirimkan tim ke sana. Itu akan sangat menghemat waktu, daripada periodik kita ke sana, tapi nggak ada apa-apa," tutur Sapto.
Follow Berita Okezone di Google News
(bul)