Menurutnya, hal yang paling khas dari Kurikulum Merdeka adalah paradigma berpihak pada murid.
Oleh karena itu, perhatian utama guru bukan membuat perangkat ajar yang canggih atau inovatif, tapi membuat perangkat ajar sesuai kebutuhan murid.
Bukan fokus pada ATP atau perangkat pembelajaran seperti sebelumnya.
Persiapan kedua yakni keterampilan melakukan asesmen diagnosis atau asesmen di awal pembelajaran.
Selama ini, terang Bukik, asesmen hanya digunakan sebagai ujian untuk mendapatkan nilai. Padahal terdapat beragam asesmen dengan masing-masing fungsinya.
Asesmen diagnosis sendiri merupakan asesmen yang berfungsi untuk memahami profil murid sebagai dasar menyusun dan menyesuaikan pembelajaran.
Persiapan IKM ketiga adalah menerapkan diferensiasi pembelajaran sebagai respon atas perbedaan minat, cara belajar, dan kebutuhan belajar murid.
“Tidak per individu, tapi bisa dikelompokkan sesuai dengan perbedaan-perbedaan ini,” tukas Bukik.
Untuk mempersiapkan IKM lebih lanjut, terangnya, Kemendikbudristek sudah menyediakan Platform Merdeka Mengajar.
Pada aplikasi itu, guru bisa melakukan pelatihan mandiri sehingga bisa belajar dengan waktu dan tempat yang fleksibel.
“Kemarin sempat ada pesan berantai tentang IKM, setelah dikonfirmasi, ternyata hoax. Jangan mudah percaya dengan broadcast di WhatsApp tentang IKM. Semua informasi resmi sudah ada di platform itu,” ungkap Bukik.