Anies menjelaskan, jika Pemprov DKI Jakarta membangun infrastruktur dengan menerapkan tiga hal, yaitu gagasan, narasi dan karya. Dengan mengkombinasikannya bisa terbentuk secara alami di masyarakat. Infrastruktur bukan hanya semata untuk infrastruktur, melainkan demi tujuan sosial.
Sebab, jika hanya karya tanpa narasi dan gagasan, tidak akan bisa menjelaskan kenapa ini dibangun. Ada gagasan sosiologi dan kemasyarakatan, lalu transportasi infrastruktur sebagai narasinya, maka hasilnya akan menjadi perasaan akan sebuah kesetaraan hidup.
“Ini yang terus didorong membangun dan menjaga kesetaraan dan perasaan persatuan,” ujarnya.
Mantan Rektor Univeristas Paramadina ini juga menjelaskan pengalamannya saat kuliah di UGM. Di mana, saat itu terjadi perbedaan pandangan tentang pro kontra senat di Gelanggang UGM. Antara dirinya yang sebagai ketua senat dan yang menentang. Namun, setelah itu tetap berteman karena perbedaan itu lumrah.
Hal inilah yang menjadi bekal dirinya saat menjalankan tugas di Jakarta. Yaitu mendapat pelatihan saat belajar di UGM. Dilatih untuk ditemukan masalah, berpikir sistematis, terstruktur dan orientasi solusi. Proses pelatihan ini berjalan tanpa disadari dan baru disadari saat menemukan masalah.
"Sungguh merugi di UGM, hanya dari kos atau rumah ke kampus tanpa mengerjakan yang lain. Jadilah mahasiswa yang sibuk dan kekurangan waktu. Jangan menjadi mahasiswa santai,” harapnya.
Anies pun berpesan kepada mahasiswa sebagai pewaris bangsa untuk meningkatkan dan membangun kompetensi di bidang masing-masing tingkat persaingan global. Yakni, dengan menjaga iman, Islam dan akhlak sebagai akar atau pondasi.
“Pegang sebagai dasar jangan sampai goyang. Sehingga dapat menjadi manusia yang unggul dan mampu berkembang seiring berkembangnya zaman tapi tetap menjaga teguh pegangan dasar nilai iman, Islam dan akhlak,” pesannya.
(Arief Setyadi )