MALANG - Universitas Brawijaya (UB) Malang terus memperkuat riset dan inovasi. Hal ini dilakukan agar tak ada penelitian yang terhenti akibat mengalami kendala tertentu.
Wakil Rektor V Bidang Riset dan Inovasi UB Bambang Susilo mengakui, tidak sedikit riset dan penelitian terhenti akibat kurang atau tidak mendapatkan pendanaan.
"Oleh karena itu, dengan adanya Wakil Rektor V Bidang Riset dan Inovasi, kendala yang ada diharapkan bisa diminimalkan," kata Bambang, di hadapan awak media, pada Selasa (25/1/2022).
Ia menerangkan, ada sejumlah tantangan atau kendala dalam melakukan riset, di antaranya terkait pendanaan dan tidak adanya teknologi yang mampu mendukung pelaksanaan riset tersebut. Karena itu, pihaknya berkomitmen melakukan langkah pengawasan terhadap perkembangan riset yang lahir dari UB. Hal itu dilakukan agar tidak ada lagi riset yang terhenti.
"Upaya yang kami lakukan, nantinya akan kita lakukan monitoring terkait perkembangan, termasuk kelemahan. Terkadang masalah pendanaan atau teknologi yang support tidak ada, itu nantinya bisa terkomunikasikan," ujarnya.
Ia menambahkan, dalam sebuah penelitian ada fase yang disebut dengan lembah kematian. Lembah kematian tersebut berarti, riset itu sebelumnya telah berjalan dengan baik, namun di tengah jalan mengalami kendala dan akhirnya tidak terselesaikan.
"Dalam penelitian, ada yang namanya lembah kematian. Jadi, riset sudah berjalan dengan baik, namun kemudian ada kendala, seperti pendanaan dan lainnya sehingga terhenti," katanya.
Menurutnya, kendala lembah kematian dalam proses riset tersebut, tidak hanya dialami oleh para mahasiswa yang tengah melakukan penelitian, namun juga pada para akademisi yang juga melakukan proses tersebut.
Baca Juga : Dosen Universitas Brawijaya Kembangkan Alat Pendeteksi Covid-19, Ini Keunggulannya!
Dengan adanya kendala tersebut, lanjutnya, proses riset yang dilakukan berpotensi untuk terhenti dan berdampak pada minimnya hasil riset yang bisa dilakukan hilirisasi atau memasuki tahapan komersialisasi.