JAKARTA – Limbah mangrove berhasil dimanfaatkan menjadi pewarna batik oleh Himpunan Mahasiswa Profesi Teknik Kimia (HMPTK) Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang (FT UNNES). Berkat inovasi tersebut, mereka pun berhasil menerima dana hibah Program Holistik Pembinaan dan Pemberdayaan Desa (PHP2D) tahun 2021 dari Kemendikbudristek.
Ketua HMPTK Tasya Larasati Dwi E mengatakan, pemanfaatan limbah mangrove ini dilatarbelakangi oleh banyaknya serasah mangrove yang berserakan, seperti daun dan buah yang jatuh dari pohon, tanaman mangrove yang mati, kotornya lahan penanaman, di wilayah Ekowisata Mangrove Kelurahan Manginharjo, Tugu, Semarang.
“Sehingga, untuk meminimalisasi sampah tersebut, kami dari HMPTK berinisiatif untuk menjadikan sampah tersebut menjadi menjadi pewarna alami yang nantinya akan digunakan dalam pewarnaan batik dari motif batik cap Mangrove UMKM Srikandi, Mangunharjo, Tugu Semarang,” jelasnya melansir laman resmi UNNES di unnes.ac.id, Jumat (3/12/2021).
Keunikan dari batik ini selain perpaduan capnya adalah pewarnanya berasal dari bahan alam, limbah mangrove yang diolah sendiri untuk mendapatkan ekstrak warna alami yang digunakan dalam pewarnaan batik. Warna yang akan terlihat pada batik yang akan dihasilkan berwarna cokelat tua dan putih dari warna asli kainnya.
Baca juga:Â Passing Grade Unnes, Yuk Simak Prediksinya!
Untuk memaksimalkan kegiatan ini, HMPTK mengajak kolaborasi dengan HIMPRO PKK yang lebih expert atau ahli di bidangnya untuk membranding produk batik mangrove dari Kelurahan Mangunharjo, Tugu, Semarang dengan pewarna alam dari serasah mangrove.
Follow Berita Okezone di Google News