Yusro juga menyoroti masalah layanan fasilitas. Ia bercerita bahwa keran-keran yang menjadi referensi belajar, seperti perpustakaan dibuka selebar mungkin. Bahkan, hingga malam hari. Akses internet di setiap sudut kampus yang tersedia unlimited juga menjadi nilai plus tersendiri.
Menurut Yusro, dunia pendidikan Indonesia juga bisa mengadopsi metode pembelajaran di kampus luar negeri yang bisa menciptakan suasana akademik yang sangat nyaman. Ia mencontohkan salah satu hal yang menciptakan kenyamanan tersebut adalah terciptanya hubungan yang positif antara mahasiswa dengan dosen.
Menurutnya, kondisi yang positif tersebut bisa membuat arus diskusi berlangsung deras sehingga, pemahaman mahasiswa semakin tajam dan komprehensif.
“Jadi, dosen tidak hanya melayani pertanyaan mahasiswa saat di dalam kelas saja, namun di luar kelas juga bisa. Hal inilah yang membuat hubungan dosen-mahasiswa layaknya teman. Tidak ada gap,” katanya.
Yusro juga menambahkan bahwa di luar negeri dosen membuka kebebasan berpikir kepada para mahasiswanya. Jadi, setiap mahasiswa bebas mengeluarkan ide-ide yang bahkan out of the box atau nyeleneh untuk didiskusikan.
“Dosen di sana sangat terbuka. Justru, dengan adanya ide-ide aneh itu, ilmu akan berkembang. Inovasi dan kreativitas juga akan muncul,” ujar Yusro. Ajeng Wirachmi/Litbang MPI
(Awaludin)