JAKARTA - Tingkat literasi anak generasi zelenial atau gen Z di Indonesia yang masih rendah sudah sepatutnya wajib digenjot agar lebih meningkat. Demi mewujudkan itu, pemerintah sepatutnya turun tangan untuk menyediakan sarana dan prasarana yang mumpuni.
Koordinator Kelompok Substansi Pengembangan Kegemaran Membaca dan Literasi Perpusnas, Rudi Hernanda mengungkapkan bahwa Indonesia sudah terlalu sering mendapat predikat negara dengan tingkat literasi terendah di dunia. Itu merupakan fakta di hilir. Namun, banyak pihak yang jamak memperhatikan bagaimana kondisi sebenarnya yang terjadi di sisi hulu.
BACA JUGA:Â Menakar Minat Baca Gen Z di Tengah Gempuran Digital
“Padahal, UNESCO menetapkan perbandingan 1:2. Artinya, 1 orang membutuhkan 2 buku baru. Sedangkan, buku yang sekarang beredar saja hanya 22 juta. Sangat jomplang dengan jumlah penduduk Indonesia,” kata Rudi kepada Litbang MPI.
Mahalnya biaya pengiriman buku ke beberapa wilayah, seperti Papua juga membuat pendistribusian buku tidak merata. Bahkan, ongkos kirim biaya pengirimannya juga lebih mahal dibanding harga buku itu sendiri.
BACA JUGA:Â Menakar Minat Baca Gen Z di Tengah Gempuran Digital (2)
Maka dari itu, sejak tahun 2017 lalu Perpusnas meluncurkan aplikasi perpustakaan digital iPusnas. Dari sana, seluruh masyarakat terutama gen Z bisa mengakses buku apa saja yang diinginkan. Kehadiran iPusnas pada awalnya mendapat penolakan dari penerbit karena dikhawatirkan akan mematikan pasar buku tercetak. Namun, kekhawatiran itu tidak terjadi. Bahkan, menurut data IKAPI (Ikatan Penerbit Indonesia) permintaan buku tercetak justru naik sebesar 30 % sepanjang 2018 – 2019.