TANGERANG - Musibah bencana gempa bumi disertai tsunami yang melanda selat Banten dan Lampung beberapa waktu lalu, menjadi pelajaran berharga bagi 4 siswa Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Permata Bunda II, Lampung.
Keempatnya yakni, Naila Zafira (11), M Yusuf Ibrahim (11), M Hafidz Suryaman (9), dan Razan M Alfalah (9). Mereka menciptakan suatu alat Early Warning System pendeteksi gempa dan tsunami.
Naila menuturkan kepada Okezone, bahwa bencana gempa dan tsunami di Lampung, memberikan hikmah kepada mereka agar membuat terobosan inovasi. Di mana hasilnya diharapkan dapat meminimalisir dampak bencana bagi masyarakat luas.
"Saat gempa dan tsunami kemarin, Alhamdulillah kita selamat. Setelah itu, akhirnya kita sama-sama berpikir untuk menciptakan alat deteksi ini, agar bisa menyelamatkan saudara-saudara kita yang lain jika musibah bencana itu kembali datang," katanya di sela-sela perlombaan robotic tingkat nasional di ICE BSD, Tangerang, Minggu (14/4/2019).
Baca Juga: 7.000 Jurnal Ditarget Terakreditasi dalam 2 Tahun
Alat yang berhasil diciptakan Naila dan 3 temannya itu terbilang sederhana, namun untuk merangkainya dibutuhkan ketelitian mendalam. Alat Early Warning System itu bekerja berdasarkan dua sensor, sensor gerak dan sensor air.
"Menciptakan ini sekira 2 bulan. Sempat tiga kali gagal waktu pertama merangkai cara kerjanya," jelas Naila.
Dalam proses pengerjaannya, keempat siswa itu mendapat pendampingan dari Lembaga Doktor Pintar Robotik. Meski begitu, semua ide, konsep, kebutuhan dan desain adalah murni dikerjakan oleh Naila, Yusuf, Hafidz, dan Razan.
"Komponennya tidak begitu mahal, yang mahal ini ide dari mereka. Karena jalannya dari mana, konsepnya seperti apa, kebutuhannya apa, sampai yang mendesain itu juga mereka. Kita hanya membantu di coding-coding sederhana," terang Iwan Purwanto, mentor dari Lembaga Doktor Pintar Robotik saat mendampingi Naila dan temannya.
Dijelaskan Iwan, sensor gerak dalam alat itu bisa memberikan respon suara ketika terjadi gerakan-getaran akibat gempa. Begitu pun pada sensor air, bila mendeteksi air pada ketinggian level tertentu maka secara otomatis akan menimbulkan respons suara.
"Jadi kedua sensor akan merespons dalam bentuk suara dan lampu yang menyala," ungkapnya.
Baca Juga: Meningkatkan Antusiasme pada Budaya Ilmiah
Kompetisi Indonesian Youth Robot Competition (IYRC) 2019, digelar di ICE BSD. Kompetisi yang telah memasuki tahun kelima itu kini mengambil tema "My Robot Helps Us"
Tercatat ada sekira 500 peserta yang mewakili sekolahnya di berbagai daerah.
Kompetisi berskala nasional itu merupakan salah satu tahapan menuju kompetisi robotic kelas dunia, yakni International Youth Robot Competition yang akan berlangsung di Korea Selatan pada bulan Agustus 2019 mendatang.