Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Hary Tanoe Beri Kuliah Umum di UWK Surabaya

Nurul Arifin , Jurnalis-Selasa, 10 Mei 2016 |11:46 WIB
Hary Tanoe Beri Kuliah Umum di UWK Surabaya
CEO MNC Group Hary Tanoesoedibjo mengisi kuliah umum di Universitas Widya Kartika (UWK) Surabaya. (Foto: Nurul A/Okezone)
A
A
A

 SURABAYA - CEO MNC Group Hary Tanoesoedibjo memberikan kuliah umum di hadapan ratusan mahasiswa di Universitas Widya Kartika (UWK) Surabaya. Kuliah umum merupakan rangkaian dari Roadshow Hary Tanoe di Surabaya.

Kuliah umum digelar di Lantai III Gedung UWK, Jalan Kali Sari, Surabaya. Pada kesempatan itu, Ketua Umum DPP Partai Perindo tersebut memotivasi ratusan mahasiswa yang hadir melalui tema "Membangun Ekonomi Indonesia Menghadapi Persaingan Global". Saat menyampaikan materi, Hary Tanoe didampingi Rektor UWK Murpin J Sembiring.

Di hadapan ratusan mahasiswa, Hary Tanoe menggambarkan bagaimana kondisi ekonomi Indonesia dan ekonomi global. Menurutnya, saat ini Indonesia masih ketinggalan dalam hal ekonomi dibanding dengan negara-negara di ASEAN.

"Bahkan, Indonesia jauh sebagai negara maju sejak kita merdeka pada tahun 1945. Sekira 70 tahun lalu kita merdeka tapi ekonomi kian menurun, malah kesenjangan kian meningkat," kata Hary Tanoe, Selasa (10/5/2016).

Menurutnya, pendapatan per kapita masyarakat juga masih kecil dibandingkan negara maju. Pada masa pemerintahan SBY, ujar Hary Tanoe, melalui kebijakan ekonominya berjanji akan menjadikan Indonesia sebagai kekuatan ketujuh ekonomi dunia. Sebab, jika dilihat dengan kondisi saat ini cita-cita itu semakin jauh. Menjadi negara maju, imbuhnya, maka income per kapitanya harus USD12 ribu per tahun.

"Saat ini pendapatan per kapita Indonesia hanya USD3.600 per tahun. Dibandingkan dengan negara kecil yakni Singapura sangat jauh. Pendapatan per kapita penduduk Singapura mencapai USD50 ribu per tahun dan Malaysia USD8.000 per tahun," jelasnya.

Hary Tanoe menilai, pernyataan bahwa tingginya pendapatan per kapita berbagai negara kecil tersebut disebabkan jumlah penduduk yang sedikit tidaklah tepat. Pasalnya, pendapatan per kapita dihitung dengan membagi PDRB dengan jumlah penduduk. Menurutnya, kondisi ini juga tidak masuk akal. Meskipun penduduk Indonesia mencapai lebih dari 250 juta jiwa, tetap bisa meningkatkan pendapatan per kapita masyarakat.

Halaman:
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita edukasi lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement