YOGYAKARTA - Penyalahgunaan obat-obat terlarang, minuman keras, perilaku penyimpangan sosial seperti free sex, tawuran, dan pergaulan bebas, menjadi salah satu pemicu menurunnya kualitas pendidikan di Indonesia.
"Meskipun pemerintah perlahan melakukan perubahan dengan adanya program pendidikan karakter, namun pada kenyataannya, belum maksimal dalam pelaksanaannya," kata Drs. H. Nurudin Prihartono, M.Hum selaku mahasiswa program doktor Psikologi Pendidikan Islam Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) saat mempresentasikan disertasinya saat Ujian Terbuka Sidang Promosi Doktor, Sabtu (24/10/2015).
Dia melihat masalah itu disebabkan karena dalam sistem pendidikan, tidak menerapkan keseimbangan kognitif (akal), afektif (hati), dan psikomotor (psikomotor). Bahkan, yang ditonjolkan lebih kepada kognitif daripada afektif dan psikomotor. "Wajar bila tak maksimal dalam pelaksanaannya. Pendidikan karakter perlu dimasukan dalam pelajaran untuk generasi muda," jelasnya.
Untuk itu, nilai-nilai karakter bangsa ini sudah semestinya ditumbuh kembangkan, terutama bagi generasi muda melalui pendidikan karakter yang holistik-integratif melalui semua mata pelajaran, termasuk mata pelajaran bahasa inggris.
Dia menyebut ada tiga kompetensi, yakni sikap, pengetahuan, dan keterampilan. "Bahasa Inggris bisa menjadi wahana untuk penanaman nilai-nilai karakter guna mencapai ketiga kompetensi tersebut," katanya.
Alasannya, karena Bahasa Inggris merupakan bahasa asing pertama di Indonesia yang dianggap penting guna mengembangkan ilmu pengetahuan dan berhubungan dengan bangsa-bangsa lain. "Sayangnya, kesuksesan pengajaran bahasa inggris di Indonesia masih belum maksimal," jelas Guru Bahasa Inggris di SMK Al-Hikmah, Karangmojo, Gunungkidul ini.