JAKARTA - Uni Eropa menggelontorkan dana sebesar Rp12,2 miliar atau 749.869 Euro yang diperuntukkan untuk proyek pendidikan inklusif di Tanah Air.
"Proyek tersebut akan meningkatkan standar kualitas pendidikan, menurunkan tingkat putus sekolah, serta meningkatkan akses bagi siswa perempuan dan anak-anak berkebutuhan khusus di sekolah inklusif, di mana tidak boleh ada siswa yang tertinggal," ujar Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia, Vincent Guerend, di Jakarta, Jumat (18/5/2018).
Proyek tersebut akan dilaksanakan Yayasan Penguatan Partisipasi Inisiatif dan Kemitraan Masyarakat Indonesia (YAPPIKA-ActionAid) yang berkolaborasi dengan mitranya, yaitu Perkumpulan Solidaritas untuk Demokrasi (Solud), Pengembangan Masyarakat Swandiri (Gemawan), dan Yayasan Bahtera (Santera), selama 42 bulan.
Dia mengatakan dana tersebut diharapkan dapat memacu pendidikan yang berkualitas di tiga daerah tertinggal, yakni Sumba Barat di Nusa Tenggara Timur (NTT), Bima di Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Sambas di Kalimantan Barat (Kalbar).