JAKARTA - Kekurangan guru menjadi salah satu masalah dalam dunia pendidikan yang belum terselesaikan. Padahal, berbagai cara sudah dilakukan pemerintah, seperti mengirimkan para sarjana ke daerah-daerah pelosok untuk menjadi tenaga pendidik.
Meski demikian, mengirimkan guru ke berbagai daerah bukan berarti masalah sudah selesai. Seharusnya, kata perwakilan dari Persatuan Guru Swasta Indonesia, Suparman, pemerintah pusat bekerjasama dengan pemerintah daerah untuk memberdayakan para guru lokal.
"Guru-guru lokal ini lebih memahami kondisi geografis di daerah pelosok. Akan lebih mudah bagi mereka berada di daerah-daerah seperti itu," tutur Suparman dalam diskusi "Hari Guru Internasional" di Bakoel Coffee, Cikini, Jakarta, Senin (5/10/2015).
Pemberdayaan guru lokal di daerah pelosok, kata Suparman, akan lebih efektif ketimbang hanya mengandalkan pengiriman para guru dari kota besar. Pasalnya, guru dari kota tersebut bisa jadi sulit untuk kerasan.
"Betahnya mungkin hanya satu atau dua tahun. Sedangkan bila mengangkat guru lokal, selain sudah terbiasa dengan kondisi geografis, mereka juga bisa mengajari anak didiknya dengan bahasa ibu," tuturnya.
Distribusi guru masih menjadi isu tahunan, baik dalam peringatan Hari Guru Nasional maupun Hari Guru Internasional setiap 5 Oktober. Tidak hanya Indonesia, secara umum, banyak negara mengalami masalah dengan besarnya jumlah guru berkualitas di bawah standar dan tidak layaknya pelatihan profesional bagi mereka. Data statistik UNESCO Institute memperkirakan, agar seluruh anak di dunia mendapatkan pendidikan dasar pada 2020, semua negara membutuhkan 10,9 juta guru sekolah dasar.
(Rifa Nadia Nurfuadah)