Setelah itu, meletuslah G30S yang diwarnai penculikan dan pembunuhan para perwira tentara Angkatan Darat. "Saya mengikuti sekolah Perwira Wajib Militer ABRI tahun 1967 lalu Kursus Kader Sejarah ABRI V/Khusus pada 1974,” jelas Saleh.
Ketertarikannya mengikuti wamil karena ajakan akademisi Nugroho Notosusanto yang kala itu menjabat sebagai Kepala Pusat Sejarah Angkatan Bersenjata. Saleh ingat, Nugroho berkata bahwa lebih baik kalau bergaul dengan tentara, harus ikut jadi tentara.
Semuanya dilakoni beriringan antara karier militer dengan akademisi. Hingga pensiun medio tahun 1997 dengan pangkat terakhir sebagai kolonel. Saleh juga melanjutkan studi Program Pascasarjana Studi Ilmu Sejarah (S3) di Universitas Indonesia pada 1997-2002.
Ia juga pernah menjabat sebagai Kepala Biro Sejarah Perang Kemerdekaan, Pusat Sejarah ABRI pada 1974 dan Kepala Dinas Penelitian dan Penulisan Pusat Sejarah ABRI.
Saleh menyebutkan bahwa tentara merupakan bagian dari sejarah. Ia selalu mengajarkan tentang perjalanan organisasi dan segala aktivitas militer. "Jika generasi muda mampu mengimplementasikan tiga hal itu dengan mengikuti perkembangan zaman," tutupnya.
(Muhammad Saifullah )