"Wajib meneladani semangat pahlawan dalam zaman yang berbeda. Ada namanya Jiwa Zaman, dimana konteksnya berbeda zaman telah berubah sebab sejarah itu berubah, perubahan dan kesinambungan," katanya.
Saleh bukan sekadar berteori. Pria yang lahir 12 Maret 1938 di Malang, Jawa Timur ini menempuh proses berliku untuk menemukan suatu makna kepahlawanan yang ia paparkan panjang tadi.
Dimulai dari sosok sang ayah, Djamhari yang menjadi kiai kampung Nahdatul Ulama, namun direkrut menjadi tentara Pembela Tanah Air (Peta). Ia pertama kali menemukan semangat kepahlawanan saat melihat ayahnya menjadi komandan kompi dan ikut berjuang.
Selepas SMA Negeri Bagian A, Malang pada 1955-1962, Saleh pun memilih Fakultas Sastra dan Kebudayaan Universitas Gadjah Mada (UGM) dan melanjutkan studinya di Fakultas Sastra Universitas Indonesia pada 1962-1965.
Saleh lulus sebagai mahasiswa UI pada saat detik - detik pemberontakan Gerakan 30 September (G30S) meletus. Ia diwisuda dihadiri terakhir kalinya oleh Presiden Soekarno pada 28 September 1965.