Komitmen terhadap keadilan akses pendidikan tercermin melalui program Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIP-K). Pada 2025, total anggaran KIP-K mencapai Rp1,291 triliun, dengan penerima manfaat sebanyak 29.037 mahasiswa PTKIN dan 117.373 mahasiswa PTKIS.
Selain akses, penguatan kompetensi mahasiswa juga menjadi perhatian. Melalui program Prima Magang PTKI, sebanyak 619 mahasiswa dari 67 PTKI memperoleh pengalaman langsung di dunia kerja, sebagai bekal menghadapi persaingan pasar tenaga kerja.
Minat studi ke pusat-pusat keilmuan Islam dunia pun tetap tinggi. Pada seleksi Studi Al-Azhar 2025, sebanyak 1.243 peserta dinyatakan lulus dari 2.800 pendaftar. Sementara itu, pada program Maroko, 75 peserta lulus dari 1.233 pendaftar.
Penguatan institusi PTKI ditopang oleh peningkatan kualitas sumber daya manusia. Hingga 2025, 33.233 dosen Kementerian Agama telah tersertifikasi dari total 49.464 dosen. Jumlah Guru Besar PTKI juga terus meningkat dan kini mencapai 1.810 orang.
Seiring dengan itu, produktivitas riset dan publikasi ilmiah PTKI menunjukkan tren positif. Saat ini tercatat 1.726 jurnal PTKI terindeks, dengan 50 jurnal PTKIN dan tiga jurnal PTKIS telah terindeks Scopus. Hingga 2025, PTKIN juga mencatat 28 paten, menandai meningkatnya inovasi dan hilirisasi riset.
Transformasi tata kelola menjadi agenda penting Ditis. Melalui SILADIKTIS yang terintegrasi dengan PUSAKA Super App, seluruh layanan PTKI kini berbasis satu pintu dan satu data. Layanan ini mencakup pembukaan program studi, sertifikasi dosen, kenaikan jabatan fungsional, hingga kerja sama internasional.
Prof. Sahiron menegaskan bahwa digitalisasi merupakan fondasi reformasi birokrasi pendidikan tinggi keagamaan. “Kami ingin menghadirkan layanan yang sederhana, transparan, dan akuntabel. Teknologi harus mempermudah sivitas akademika, sekaligus meningkatkan kepercayaan publik,” ujarnya.