Sementara itu, Ditjen GTK Putra Asga Elevri menyoroti pentingnya kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan keluarga untuk mendukung siswa dengan kebutuhan khusus.
“Dengan pendekatan asesmen yang berfokus pada kebutuhan fungsional, kita dapat memahami profil belajar siswa, terutama yang mengalami kesulitan belajar yang tidak terdiagnosis,” jelasnya.
Pada acara ini, PSF juga meluncurkan buku “Menjembatani Perbedaan: Pendidikan Inklusif dan Pendidikan Khusus sebagai Pilar Kesetaraan,” hasil kolaborasi antara Guru Binar, Ditjen GTK, dan Platform Merdeka Mengajar.
Menurut data PISA 2022, skor matematika siswa Indonesia masih berada di bawah rata-rata global, menunjukkan perlunya upaya strategis seperti Pembelajaran Berbasis Proyek. Melalui program School Development Outreach (PSF-SDO), PSF telah meningkatkan literasi numerasi siswa hingga 7% dalam dua tahun terakhir.
(Feby Novalius)