“Jadi jangan di anggap negara luar engga merhatiin kalau kita suka gonta ganti kurikulum ya, kenyataannya mereka tahu dan bisa di interpretasikan sendiri apa mereka menganggap kualitas pendidikan SMA kita naik kelas atau justru turun kelas,” ungkap Irwan Prasetiyo.
Di akhir postingannya, Irwan Prasetiyo menyarankan Indonesia untuk menggunakan rumus orang Tiongkok dan Korea. Irwan Prasetiyo tidak menyarankan untuk menggunakan rumus orang Finlandia.
“Harusnya kita pakai rumusnya orang Tiongkok dan Korea ya, kalau memang masih merasa miskin dan bodoh ya berarti belajarnya harus dua, lima, dan bahkan sepuluh kali lipat lebih keras, dari belajarnya orang normal, jangan kalau kita masih miskin dan bodoh tapi malah niru rumusnya orang Finlandia yang udah mapan dan waktu belajarnya cuma setengah orang normal,” kata Irwan Prasetiyo.
(Feby Novalius)