“Film ini menjadi contoh bagaimana budaya tradisional dapat dihidupkan kembali dalam konteks modern, mempertemukan seni masa lalu dengan inovasi masa kini. Samsara merupakan film bisu pertama di dunia yang bernuansa budaya dan tradisi Bali, dengan menggunakan paduan iringan musik elektronik dan gamelan Bali. Bagi saya ini merupakan eksperimen menarik, dan melalui bereksperimen artinya kita memaknai hidup yang terus melakukan perjalanan baru," ujar Garin Nugroho.
Samsara turut menampilkan seniman dan penari ternama Indonesia dan Bali, di antaranya Gus Bang Sada, Siko Setyanto, Maestro tari I Ketut Arini, Cok Sawitri, Aryani Willems, dan penari-penari dari Komunitas Bumi Bajra, Bali.
“Tentunya kami sangat bersyukur dengan dukungan yang diberikan pemerintah melalui Direktorat Perfilman Musik dan Media, sehingga karya Samsara dapat dinikmati khalayak luas melalui panggung Indonesia Bertutur. Harapannya nilai budaya yang terwujud dalam karya ini bisa menjadi pengingat akan kekayaan tradisi sekaligus memberikan pengalaman emosional yang mendalam dan refleksi baru bagi penontonnya,” lanjut Garin.
Kemendikbudristek berharap Indonesia Bertutur 2024 dapat menginspirasi khalayak luas, khususnya generasi muda. Pasalnya, setiap program dirancang untuk mengajak masyarakat mengeksplorasi beragam bentuk seni dan budaya dari hasil karya para seniman Indonesia.
"Kami berharap melalui rangkaian acara Indonesia Bertutur 2024 masyarakat dapat merasakan kedekatannya dengan kekayaan budaya Indonesia dan dapat menjadi inspirasi tidak hanya bagi penggiat dan penikmat seni, tapi juga bagi masyarakat pada umumnya, terutama generasi muda, untuk lebih memahami dan memaknai warisan budaya kita untuk terus bertumbuh dan berkembang di masa depan,” tutur Ahmad Mahendra.
(Feby Novalius)