Mereka bisa pergi ke negara ketiga, bekerja sama dengan universitas untuk mengatur kelanjutan studi dan penelitian di bawah visa studi kerja, mendaftar untuk mengikuti pelatihan pascasarjana atau program kerja akademis dan bekerja sama dengan Departemen Luar Negeri AS untuk mendapat perjalanan udara ke tujuan yang aman, atau melakukan perjalanan sebagai warga negara biasa.
Namun, sejumlah penerima beasiswa Fulbright mengatakan bahwa pilihan-pilihan tersebut tidak realistis, dengan alasan sudah terlambat untuk mendaftar program akademis dan banyak yang tidak memiliki sumber daya dan koneksi untuk pindah ke negara ketiga.
Beberapa di antaranya menyebut bahwa AS belum berbuat cukup untuk membantu penerima beasiswa Fulbright asal Rusia. Menurut mereka, AS seharusnya mengikuti langkah program Beasiswa Chevening, program serupa asal Inggris, yang telah membatalkan persyaratan bahwa orang Rusia harus kembali ke negara asal mereka setelah dua tahun.
(Feby Novalius)