Meski saat ini pembaca karya sastra mungkin semakin sedikit karena berkembang kuatnya platform sosial media, Leila mengaku heran dengan tingginya minat masyarakat untuk membaca “Laut Bercerita”. Selama pandemi, jelas Leila, permintaan terhadap Laut Bercerita sangat tinggi. Menurutnya, novel yang pertama kali dicetak pada tahun 2017 ini, ketika pandemi justru mengalami cetak ulang hampir setiap minggu dengan jumlah yang tidak sedikit.
Acara yang dihadiri puluhan orang ini merupakan bukti ketertarikan masyarakat Canberra terhadap karya sastra Indonesia. Upaya untuk terus mempromosikan karya sastra Indonesia mendapat dukungan dari Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) KBRI Canberra. Menurutnya, Indonesia memiliki khazanah sastra yang layak diketahui dunia. BBI-ACT, tambah Najib telah mengambil peran yang sangat penting dalam menjelaskan Indonesia kepada masyarakat Australia yang salah satunya melalui karya-karya sastra.
Atdikbud juga menjelaskan jika KBRI Canberra sangat mendukung kehadiran sastrawan, sineas, maupun pelaku budaya lainnya untuk meramaikan Canberra dengan karya-karya Indonesia. Atdikbud Najib pun optimis dengan acara Malam Sastra ini Indonesia bukan hanya dikenal dari keindahan alam, keramahan manusia, maupun kelezatan kulinernya saja, tapi juga dari karya-karya sastranya yang bernilai tinggi.
Peserta Malam Sastra sangat beragam, dari mulai mahasiswa, guru, dosen, maupun para pengamat dan penggiat sastra di Canberra. Sebelum mulai acara utama bedah novel Laut Bercerita, para peserta dimanjakan dengan hidangan khas yang serupa dengan makanan yang diceritakan dalam Laut Bercerita, seperti Tengkleng, yang membuat suasana makin hangat.
(Feby Novalius)