Marhadi yang juga Wakil Koordinator PPI Dunia menyampaikan, bahwa kehadiran narasumber yang luar biasa ini diharapkan memberikan suggesti dan motivasi bagi pelajar Indonesia yang sekarang sedang menempuh Pendidikan di berbagai negara dapat belajar dan memiliki semangat untuk belajar mejadi pemimpin di Organisasi.
Duta Besar Indonesia untuk Hongaria HE Dimas Wahab menyampaikan dalam sambutannya bahwa PPI Hongaria sangat memberikan kontribusi bagi mahasiswa dalam menempuh Pendidikan di Hongaria.
"Selain dengan program kerja yang berdampak bagi mahasiswa seperti pelatihan statistik, family gathering, entrepreneurship juga membantu mahasiswa dalam memperjuangkan untuk mendapatkan top up dari LPDP. Hari ini mahasiswa merasakan betul dampak dan manfaat keberadaan PPI Hongaria. Selain memberikan kontribusi bagi mahasiswa Hongaria, PPI Hongaria juga terlibat dalam kancah internasional seperti menjadi Wakil Koordinator PPI Dunia periode 2023-2024,” ungkap Dubes Dimas Wahab.
Prof. Arif Satria dalam makalahnya menyampaikan bahwa tantangan global yang ada saat ini diantaranya adalah digital leadership skill. keterampilan kepemimpinan digital adalah serangkaian kemampuan yang penting untuk berhasil memimpin di era digital yang terus berkembang. Ini melibatkan kemampuan untuk memahami, mengelola, dan memanfaatkan teknologi serta sumber daya digital lainnya untuk mencapai tujuan organisasi. Seorang pemimpin harus peka dan cepat belajar dalam era digital ini.
Tantangan dan ancaman selalu mengintai dimana mana. Keputusan strategis seorang pemimpin diharapkan mampu menjawab kepentingan pasar dan kebutuhan organisasi. Ia menjelaskan baha seseorang yang memiliki talent dan effort akan menghasilkan skill. Sedangkan skill terhadap effort akan menghasilkan achievement. Hal inilah mendorong seseorang harus meningkatkan kapasitasnya agar mampu memimpin organisasi.
Selain Prof. Arif Satria, narasumber lainnya yakni Dr. Agung Firman Sampurna menyampaikan tentang kempimpinan yag inklusif. Kepemimpinan inklusif adalah pendekatan kepemimpinan yang mengutamakan keadilan, keberagaman, dan penerimaan terhadap semua anggota tim, tanpa memandang perbedaan mereka dalam hal latar belakang, identitas, atau pandangan.
“Kepemimpinan inklusif bertujuan untuk menciptakan lingkungan kerja yang merangkul keberagaman, menghormati semua perspektif, dan memberdayakan setiap individu untuk berkontribusi secara maksimal. Kepemimpinan Inklusif ini menjadi penting karena bias meningkatkan kreativitas dan Inovasi, meningkatkan kinerja dan produktifitas, membuat kolaborasi serta Menarik dan Memelihara Talenta Beragam,” jelas Dr. Agung.
Dr. Agung yang juga ketua Persatuan Badminton Seluruh Indonesia (PBSI) ini mencontohkan bagaimana peran seorang pemimpin yang membuat tujuan organisasi bias tercapai. Indonesia baru baru ini gembira karena menjuarai All England. Keberhasilan ini tidak terlepas peran dari manajemen PBSI yang memiliki program, target dan capaian dalam menjalankan organisasi. Tantangan dan tekanan yang bertubi tubi tidak lantas membuat pemimpin lemah dan mengunurkan diri, tapi menjawab dengan prestasi dan prestasi.
Narasumber terakhir yakni Abdurrahman Irsyadi yang memaparkan tentang system dan mekanisme kerja dengan kasus BPJS Ketenagakerjaan. Menurut bang Ari panggilan akrabnya ada 3 faktor kesuksesan untuk transformasi yakni Head, Heart dan hands. Head bagaimana menyatukan visi dan focus pada tantangan besar. Heart menjadi panutan dan berdayakan tim. Serta hands yakni laksanakan dengan tegas, inovatif dan agile.
(Taufik Fajar)