Kepala Biro HDI Kemenag Akhmad Fauzin menambahkan, Kemenag terus menggalakkan sosialisasi terkait fungsi candi sebagai tempat ibadah. Untuk penganut agama Buddha ada Candi Borobudur, untuk pemeluk agama Hindu ada Candi Prambanan.
"Selama ini candi hanya dianggap sebagai warisan dan cagar budaya saja, tapi fungsi keagamaannya masih minim. Sekarang dimaksimalkan," jelas Akhmad Fauzin.
Menurut Fauzin, kehadiran pencitraan virtual Borobudur 360 ini menjadi langkah progresif karena menambah nilai lebih bagi fasilitasi ibadah umat Buddha
Lindra Hismanto dari Studio Ubud mengatakan, proses desain Pencitraan Virtual Borobudur 360 versi Kemenag ini membutuhkan waktu hampir dua bulan. Sementara untuk pengambilan fotonya membutuhkan waktu empat hari.
“Kami mengambil sedikitnya 700 gambar untuk mengisi aplikasi ini. Dengan sudut pengambilan yang menyeluruh dan kualitas pencahayaan terbaik, maka aplikasi milik Kemenag ini sangat layak untuk dikunjungi,” ujar Lindra.
Sejumlah pengunjung stan Ditjen Bimas Buddha tampak mencoba melihat pencitraan virtual Borobudur 360 melalui alat bantu virtual reality (VR). Tidak sedikit dari mereka yang kagum karena seolah-olah berada langsung di dalam Candi Borobudur.
“Luar biasa, saya seperti berada di dalam Candi Borobudur,” sebut Haniefa, salah seorang pengunjung stan Bimas Buddha.
(Feby Novalius)