Kisah Kaci dan Aci, Drama Resiliensi di Tengah Resistensi

Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Jurnalis
Selasa 19 Desember 2023 11:22 WIB
Fakultas Psikologi UI melibatkan mahasiswa dalam karya ini (Foto: Ilustrasi area Fakultas Psikologi UI)
Share :

JAKARTA - Pada tanggal 13 November 2022 lalu, siswa-siswi salah satu SD di Kota Depok mengalami kejadian yang memilukan. Sekolah tempat mereka belajar dan bermain harus digusur secara paksa oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Depok, kota yang mengklaim dirinya sebagai kota ramah anak. Penggusuran ini dilakukan secara mendadak tanpa melibatkan proses diskusi antara pihak wali murid maupun guru serta melibatkan tindakan pemaksaan pengosongan sekolah oleh satpol PP, membuat kegiatan belajar mengajar di lingkungan SD tersebut terganggu.

Kondisi ketidakpastian ini tentunya menimbulkan dampak psikologis yang serius bagi perkembangan siswa-siswi tersebut. Bentuk gangguan psikologis tersebut meliputi distres psikologis, stres, depresi, gangguan kecemasan, rasa ketidakpastian, dan ketakutan akibat bayang-bayang penggusuran yang terjadi. Meskipun berada dalam kondisi yang tidak menentu, siswa-siswi SD tersebut tetap harus meneruskan kegiatan mereka di sekolah untuk belajar. Oleh karena itu, mereka memerlukan kemampuan resiliensi agar bisa terus termotivasi untuk menempuh pendidikan dan memecahkan permasalahan di masa depan.

Resiliensi, sebagai kemampuan untuk beradaptasi terhadap kesulitan, menjadi hal penting dalam situasi ini. Sayangnya, sangat sedikit program terkait resiliensi dan kesiapan belajar melalui pendekatan psikologis yang tertuju dan disesuaikan secara khusus untuk anak usia SD. Oleh karena itu, tim pengabdi dari Kelompok Riset Kesehatan Mental Komunitas atau RoCMHI melakukan intervensi dalam rangka meningkatkan resiliensi yang kali ini dibawakan dalam bentuk penampilan video drama.

“Berangkat dari rasa prihatin ke anak-anak ini, sih. Mereka punya hak untuk menempuh pendidikan yang layak, aman, dan membuat mereka berkembang, tapi semenjak ada polemik ini, pembelajaran dan bahkan hubungan pertemanan mereka terganggu.” Ujar Laraszahra selaku ketua pelaksana program pengabdian masyarakat ini, Selasa (19/12/2023).

Ada banyak cara untuk membantu anak dalam mengembangkan kemampuan resiliensi yang mereka miliki. Media video drama dipilih karena paling sesuai dengan kondisi dan situasi di lapangan. Penanaman pesan-pesan moral dalam drama ini diharapkan dapat menumbuhkan kemampuan resiliensi bagi para siswa untuk mempertahankan motivasi serta memanfaatkan potensi yang mereka miliki dalam menghadapi ketidakpastian. Drama yang berjudul ‘Resep Ajaib Kaci dan Aci’ ini bercerita mengenai kisah kurcaci bersaudara, Aci dan Kaci, yang diminta Ibu Peri untuk membuat kue untuk Festival Desa Tralala. Sayangnya, agenda mereka terancam batal karena resep ajaib peninggalan kakek mereka dicuri oleh penyihir jahat. Di tengah kondisi sekitar yang tak menentu, kurcaci bersaudara Kaci dan Aci pun merasa terpuruk. Akan tetapi, mereka tetap harus mencari cara untuk menyelamatkan Festival Desa Tralala dan membuat kue ajaib seperti yang diharapkan oleh ibu peri.

"Saya pikir ini adalah upaya kreatif untuk menyampaikan pesan penting kepada anak-anak. Melalui drama dengan alur ceritanya sendiri, dimulai dari latar belakang, kemudian muncul masalah, diikuti oleh situasi sulit, namun akhirnya ditemukan solusinya. Nah, di sini, mereka diajak untuk melihat bagaimana ketika ada masalah, ada pula solusinya. Ini mengajarkan bahwa saat menghadapi masalah, kita perlu kembali melihat potensi yang kita miliki, untuk bisa kita pakai dalam menghadapi situasi sulit." Ujar Nathanael E. J. Sumampouw, dosen pembimbing program pengabdian masyarakat ini.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Edukasi lainnya