JAKARTA - Transformasi perpustakaan ke era modern dan mengikuti perkembangan digital, mendorong pustakawan tidak hanya berada di dalam perpustakaan saja sebagai penjaga buku. Pustakawan dituntut lebih aktif langsung terjun ke setiap daerah, menyapa masyarakat untuk lebih kreatif dalam menunjang kehidupan masyarakat.
Kepala Perpusnas Muhammad Syarif Bando dalam Program Berbagi Pengetahuan tentang TPBIS (Knowledge Sharing Program on Social Inclusion-Based Library Transformation (SILT)), menyebutkan saat ini pustakawan dilibatkan untuk memberikan pendidikan dan pelatihan (diklat) kepada masyarakat dan komunitas. Misalnya para komunitas yang bergerak di bidang UMKM, peternakan, pertanian,agrikultur, mesin, dan sebagainya.
“Maka pustakawan langsung terjun ke masyarakat, memberikan pelatihan cara menggunakan internet, membuat email, memberikan literasi dan sumber-sumber bacaan yang kredibel kepada masyarakat. Sehingga misalnya kelompok tani dan peternak, mereka mendapatkan bahan atau sumber bacaan dari perpustakaan atas edukasi dari pustakawan,” katanya di Jakarta, Senin (13/11/2023).
Dia menegaskan dengan adanya literasi digital mendorong supaya pustakawan dan perpustakaan bertransformasi menjadi digital. Baik itu konten kreator, elektronik, digital, dan cyber.
“Maka perpustakaan bukan lagi tempat tumpukan buku tua. Tp pelayan ilmu pengetahuan
Pustakawan membantu masyarakat peroleh sumber pengetahuan. Buku dan life skill,” katanya.
BACA JUGA:
Perpustakaan menjadi tempat rekreasi ilmu bergeser dari penjaga buku ke pelayan ilmu pengetahuan. Menurutnya, pustakawan juga harus selalu update informasi.
Dia menjelaskan dalam menyediakan akses pengetahuan, Perpusnas telah meluncurkan aplikasi digital BintangPusnas Edu yang berisikan lebih dari 60 juta buku, manuskrip, terutama untuk pembelajaran dari SD sampai perguruan tinggi. “Melalui aplikasi mobile, masyarakat dapat mengaksesnya tanpa biaya di mana saja, dari perangkat seperti ponsel, laptop,” jelasnya.