Dalam hal kebijakan penghapusan skripsi tersebut, Jordi mengatakan seharusnya pemerintah juga dapat memberikan ketentuan kelulusan secara alternatif. Dia yang tidak setuju atas penghapusan skripsi itu mengatakan sebaiknya mahasiswa diberikan kebebasan memilih syarat kelulusan apabila skripsi tidak diwajibkan.
"Sebaiknya, menurut saya tidak perlu dihapuskan. Melainkan diberikannya mahasiswa kebebasan sebagai syarat kelulusan, semisal memilih skripsi atau magang selama kurun waktu yang sama atau kegiatan positif lainnya yang dapat menunjang soft skill maupun hard skill dalam meniti karir ke depannya," katanya.
Sebelumnya, Pengamat Pendidikan Universitas Paramadina, Totok Amin Soefijanto mengungkapkan pengganti skripsi harus menjawab tantangan era disrupsi dan Revolusi Industri 4.0 bahkan 5.0. Ada empat kompetensi penting yang perlu dikuasai yaitu komunikasi, kolaborasi, kreativitas, dan berfikir kritis.
BACA JUGA:
Totok pun mengatakan harus dipahami terlebih dahulu mengapa skripsi sebagai syarat kelulusan mahasiswa dihapuskan.
“Kita harus memahami dulu maksud dari skripsi itu. Kenapa ada syarat itu? zaman dulu diperlukan, apakah zaman sekarang masih diperlukan? Apa esensi tugas akhir berupa skripsi tersebut?” katanya.
(Marieska Harya Virdhani)