JAKARTA - Gempa sudah beberapa mengguncang Turki. Sering dikatakan bahwa alasan di balik seringnya gempa di Turki adalah keberadaan sejumlah garis patahan di wilayah tersebut. Namun, apa itu garis patahan dan apa hubungannya dengan gempa?
Kenapa bisa begitu?
“Secepat kukumu bertumbuh, itulah seberapa cepat lempeng (tektonik) bergerak,” kata Dr Jessica Hawthorne, profesor di Departemen Ilmu Bumi, Universitas Oxford, Inggris, dilansir dari BBC.
Dirinya merujuk pada sekitar 16 patahan batu besar yang disebut dengan lempeng tektonik yang jika digabung, membentuk lapisan terluar bumi.
Dr Hawthorne mempelajari cara kerja gempa bumi dan menjelaskan bagaimana mereka terhubung dengan garis patahan.
“Patahan adalah titik di mana dua lempengen saling bergesekan satu sama lain, jadi di satu sisi ada satu bidang keras dan di sisi lain ada satu bidang keras juga dan mereka saling berpapasan,” jelas seismolog itu.
Meskipun lempengan-lempengan itu bergerak relatif sangat pelan (biasanya hanya beberapa sentimeter per tahun), sebuah gerakan mendadak atau gelinciran dapat menghasilkan muatan energi besar.
Energi tersebut membuat batu retak dan menyebabkan gempa bumi.
Fenomena ini terjadi lumayan dekat dengan permukaan bumi, karena bebatuan panas yang letaknya lebih dekat dengan pusat bumi sifatnya kental dan sering berubah bentuk seperti cairan, jelas Dr Hawthorne.
“Untuk sebuah gempa bumi, diperlukan suatu tempat yang memiliki kegagalan gesekan. Artinya, segala sesuatunya harus cukup rapuh untuk benar-benar pecah dengan cepat,” kata dia.
Gempa seringkali terjadi di perbatasan antara lempengan tektonik (walaupun ada beberapa pengecualian yang tersembunyi dalam benua).
Memang, lebih dari 80% dari kasus gempa besar terjadi di sekitar Lautan Pasifik, di area yang dijuluki “Ring of Fire” (Cincin Api Pasifik), di mana lempengan Pasifik ditekan ke bawah oleh lempengan-lempengan di sekitarnya.
Jenis-jenis patahan
Menurut Dr Hawthorne meskipun gempa dapat membentuk patahan-patahan baru, di beberapa kasus besar, patahannya sudah ada dari awal.
Maka, gesekan tersebut terjadi pada patahan yang sudah ada dan diklasifikasi menjadi tiga jenis patahan umum: sesar normal, sesar mundur, dan sesar mendatar.
Sesar mendatar
Jenis patahan ini terjadi ketika dua bidang saling bergesekan satu sama lain secara horizontal.
Sesar mendatar biasanya terjadi secara vertical dan membelah lurus ke bawah, terkadang mencapai kedalaman 15 sampai 20 kilometer.
Salah satu contoh adalah Patahan Anatolia Timur, sebuah patahan sepanjang 700 km yang terletak di perbatasan antara lempengan Anatolia dan lempengan Arab di Turki.
Kedua gempa dengan magnitudo masing-masing 7,5 dan 7,8 yang melanda Turki dan Suriah Senin lalu (6/02) merupakan dua gempa dengan kekuatan terbesar di wilayah tersebut dalam hampir seabad terakhir dengan patahan lateral atau horizontal.
Gempa tersebut dan susulannya terjadi dengan kedalaman dangkal (hanya beberapa kilometer di bawah permukaan bumi). Namun, keduanya membawa dampak mengerikan, dengan lebih dari 25.000 orang meninggal sejauh ini.
Contoh lain dari patahan tipe ini adalah sistem patahan San Andreas di negara bagian California, Amerika Serikat. Sistem patahan San Andreas terdiri dari sejumlah patahan yang bergerak antara lempengan Pasifik di sebelah barat dan lempengan Amerika Utara di sebelah timur.
Serupa dengan bagian benua lainnya, California barat mengarah ke Alaska, kata Dr Hawthorne, karena kedua lempeng ini bergesekan secara horizontal melewati satu sama lain, mengakibatkan gempa bumi.
Sistem patahan ini membentuk zona kompleks yang dipenuhi serpihan bebatuan yang hancur, dengan panjang 1.200 km dan kedalaman setidaknya 25 km. Gempa bumi California yang terjadi pada 18 April 1906 mengguncangkan bagian paling utara 477 km dari patahan San Andreas, menurut Survei Geologi AS.
Gempa ini menghancurkan sebagian besar San Fransisco dan dijuluki sebagai “salah satu gempa bumi paling signifikan sepanjang masa”.
Sesar normal
Sesar normal adalah retakan di mana bidang-bidang bergerak terpisah dan salah satu bidang jatuh vertical.
Berikut dua contoh sesar normal yang cukup terkenal.
Depresi Afar, Retakan Afrika Timur
Di wilayah Afar di Etiopia, tiga belahan terpisah yang merupakan bagian dari lapisan bumi bertemu. Hal tersebut dikenal sebagai Afar Triple Junction (Persimpangan Tiga Afar).
Lempeng Somalia menjauh dari bagian benua lainnya, yang membentuk lembah retakan dan patahan yang menukik tajam.
Sementara lempeng Afrika dan Somalia juga terpisah dari lempeng Arab di bagian utara, membentuk sistem retakan berbentuk 'Y'.
Pergerakan ini menciptakan tekanan pada batuan, menghasilkan retakan, patahan, gunung berapi, dan deformasi tanah lainnya.
Pada 2005, sebuah rangkaian celah muncul di sepanjang depresi, disertai dengan gempa bumi dan awan abu dan jurang selebar delapan meter yang panjangnya 60 km terbuka.
Lempengan tektonik Amerika Utara dan Eurasia perlahan bergerak menjauh dari satu sama lain, dan sebuah garis patahan yang dikenal dengan sebutan Pegunungan Mid-Atlantik terbentuk dari perbatasan lempengan divergen.
Pegunungan itu terbentang dari utara ke selatan sepanjang ribuan kilometer di tengah Lautan Atlantik Utara dan Selatan.
Saat lempengan itu bergerak menjauh, lahar panas dari bawah permukaan bumi terus menerus membentuk batuan baru di perbatasan, yang kemudian didorong menjauh dari pegunungan oleh material yang lebih baru.
Hal ini menciptakan pegunungan yang sebagian besar berada di bawah air yang muncul di beberapa tempat sebagai pulau - Islandia, Azores atau Pulau Ascension, misalnya.
Ini juga menimbulkan patahan di permukaan, gempa bumi, dan sebagian besar dari aktivitas vulkanik.
Sesar mundur atau dorong
Sesar mundur atau dorong terjadi ketika bidang-bidang bersatu dan salah satu bidang terdorong ke atas.
Mereka dikaitkan dengan perbatasan konvergen dan seringkali membentuk patahan terbesar karena “mereka cenderung menembus permukaan Bumi pada sudut tertentu, yang menciptakan wilayah yang lebih luas di mana deformasi rapuh dapat terjadi," menurut Dr Hawthorne.
Berikut beberapa contoh sesar mundur.
Palung Jepang
Zona patahan Palung Jepang merupakan cekungan bawah laut yang dalam dan membentang dari utara ke selatan, sebelah timur pulau-pulau Jepang, dan pemisah antara lempeng Eurasia dari lempeng Pasifik.
Buntut dari gempa bumi mematikan di Tohoku-Oki dengan magnitudo 9,1 yang melanda pesisir Jepang pada Maret 2011 menghasilkan pergeseran sejauh 50 meter di sepanjang patahan.
Pecahnya sebagian dari zona subduksi di sepanjang Palung Jepang ini menyebabkan kerusakan parah dan jatuhnya korban jiwa.
Gempa tersebut juga memicu tsunami yang menghancurkan wilayah pesisir dan menyebabkan ledakan nuklir di Fukushima yang menciptakan "bencana tiga kali lipat".
Palung Peru-Chili
Dikenal juga dengan sebutan sistem patahan Atacama, Palung Peru-Chili terletak di bagian timur Lautan Pasifik, sekitar 160km dari pesisir Peru dan Chili.
Palung ini letaknya tepat di antara lempengan Nazca dan lempengan Amerika Selatan.
Kerak samudra lempengan Nazca bergerak di bawah kerak benua lempengan Amerika Selatan. Hal ini kemudian memicu sejumlah aktivitas seismik skala besar.
Pada 22 Mei 1960, sebuah gempa besar berkekuatan 9,5 melanda Kota Valdivia di Chili selatan, yang dianggap sebagai gempa terbesar yang pernah tercatat.
Para ilmuwan memperkirakan bahwa energi yang dilepaskan mencapai 20.000 kali lipat dari bom yang jatuh di Hiroshima pada Perang Dunia II.
Namun, jika Anda tinggal di dekat garis patahan, itu belum tentu menjadi hal yang mengkhawatirkan.
Dr Hawthorne mengatakan bahwa tidak semua patahan memiliki potensi timbul gempa. “Cukup banyak ruas-ruas patahan yang tidak mengalami gempa, atau hanya terjadi getaran kecil-kecil saja,” ujarnya.
"Mereka hanya merayap secara bertahap," ungkap dia.
(Widi Agustian)