JAKARTA - Internet merupakan salah satu media komunikasi yang saat ini banyak digunakan oleh masyarakat khususnya remaja, melalui fitur media sosial seperti; Facebook, Instagram, Twitter, Whatsapp dan YouTube.
Media sosial memungkinkan penggunanya untuk merepresentasikan diri mereka maupun berinteraksi, berkomunikasi dan berbagi momen di media sosial dengan pengguna lain dan membentuk ikatan sosial secara virtual.
Namun, hal ini dapat mengakibatkan kegelisahan ketika mereka mengecek media sosial dan meilihat berbagai keseruan yang diunggah oleh orang lain melalui media sosial yang membuat mereka tidak bisa untuk berhenti memantau aktivitas orang lain melalui platform media sosial.
Keadaan yang terjadi di atas merupakan fenomena yang tanpa kita sadari sering terjadi yaitu Fear of Missing Out (FoMO).
FoMO merupakan muculnya keinginan yang besar untuk terus terhubung dengan yang dilakukan oleh orang lain di media sosial (Przybylsky, 2013).
FoMO juga lebih dikenal dengan takut adanya perasaan kurang update dengan berita atau informasi yang ada di media sosial.
Singkatnya, kita akan merasa takut melewatkan apa yang sedang trending dan yang sering dibahas di media sosial.
Perasaan takut akan ketertinggalan berita ini menimbulkan rasa cemas dan saking seringnya kita melihat aktivitas orang lain di media sosial membuat kita membandingkan kehidupan bahagia yang kita lihat di media sosial dengan kehidupan kita dan merasa orang lain lebih update dengan menginformasikannya melalui media sosial disbanding dengan kita.
Fenomena terjadinya FoMO semakin banyak dibahas setelah JWT atau Intillegence melaporkan penelitiannya tahun 2012 tentang FoMo yaitu FoMO diibaratkan sebagai perasaan gelisah dan takut akan ketertinggalan, apabila teman-temannya sedang melakukan sesuatu yang lebih baik atau lebih menyenangkan dibanding apa yang sedang ia lakukan saat ini.
Hal ini menimbulkan perasaan ketika seseorang merasa begitu khawatir jika melewatkan tren yang sedang terjadi dikehidupan sosialnya.
Menurut JWT Intelligence (2012) FoMO dipengaruhi oleh enam faktor pendorong yaitu keterbukaan informasi di media sosial, usia, social one-upmanship, topik yang disebar melalui hashtag, kondisi deprivasi relatif, dan banyaknya stimulus untuk mengetahui informasi.
Perasaan FoMO bisa dialami oleh semua jenis kelamin dan dari segala usia, orang yang mengalami FoMO akan merasa tidak puas dengan kehidupannya karena terus membandingkan kehidupan dengan orang lain.
Ada beberapa gejala FoMO yang mungkin saja kita alami, yaitu:
1. Mengecek gadget setiap saat (ketika bangun tidur, atau sebelum tidur) karena takut akan kehilangan berita terbaru.
2. Tidak merasa empati terhadap kehidupan nyatanya (lingkungan sosial) karena lebih mengutamakan kehidupan medsos untuk mendapatkan pengakuan dari orang lain.
3. Selalu ingin tahu kehidupan orang lain.
4. Rasa keingintahuan isu-isu terbaru.
5. Berperilaku boros dengan membili barang-barang yang sedang trend padahal tidak penting.
6. Selalu berkata “ya” meskipun tidak menginginkannya.
Menurut Imaduddin (2020) Ada beberapa hal yang mempengaruhi adanya FoMo, di antaranya adalah adanya perasaan takut jika berjauhan dengan smartphone karena mereka tidak ingin terlambat untuk mendapatkan informasi terbaru di media sosial dan adanya perasaan senang serta gembira ketika membuka media sosial.
Menggunakan media sosial untuk melihat informasi dan postingan dari orang lain termasuk dalam aspek Fear of Missing Out (FoMO) kebutuhan psikologis yang tidak terpenuhi dari kedekatan dengan orang lain.
Kurangnya kedekatan tiap orang atau kelompok dan aspek lainnya yaitu tidak terpenuhinya kebutuhan psikologis terhadap diri sendiri, yang berkaitan dengan kompetensi dan autonomi.
Berikut merupakan sebagian akibat yang terjadi akibat dari FoMO, antara lain;
1. Overload informasi, hal ini akan membuat kita mempercayai semua infomrasi yang kita peroleh dan tidak dapat membedakan informasi yang benar dan hoax.
2. Kesehatan mental akan terganggu, FoMO akan memberikan dampak pada kesehatan mental, seperti mood yang tidak normal ketika membaca media sosial, merasa kesepian, cemas, dan tekanan sosial.
3. Merasa terkendala, banyaknya informasi yang diperoleh akan membuat kita menjadi letih dan mentalpun ikut terganggu dengan informasi yang dimuat di media sosial.
4. Takut, menjadi takut dan was-was jika tidak dapat mengikuti perkembangan informasi meskipun tidak berhubungan langsung dengan kehidupan sosial.
5. Benci pada diri sendiri, memandang kehidupan orang lain dengan standar sosial yang ada di media sosial sehingga merasa rendah diri dan tidak bahagia.
Nabilah Putri Nabinghah
Aktivis Persma Erythro FK UNS
(Natalia Bulan)