Selain memiliki eksoskeleton atau rangka tubuh bagian luar yang keras sebagai pelindung diri, ternyata desis nyaring yang dihasilkan juga menjadi salah satu senjata andalan yang digunakannya untuk mengejutkan pemangsa/predator.
Selama berada di habitat asalnya, kecoa Madagaskar memperoleh makan dari daun-daun yang jatuh ke tanah. Secara tidak langsung kotoran yang dikeluarkan kecoa ini berkontribusi pada kesuburan hutan.
Temperatur hutan Madagaskar yang tak menentu membuat kecoa ini dapat bertahan hidup dalam kondisi suhu apapun. Ketahanannya dalam kondisi apapun membuat kecoa ini semakin digemari sebagai hewan kesayangan.
Tak repot memelihara hewan satu ini, sebab hewan ini dapat diberi makanan selayaknya makanan kucing dan anjing bahkan sayuran. Selain itu, kenyamanan kandang harus mirip dengan habitat aslinya di hutan.
Umumnya, terarium sebagai kandangnya diisi oleh pasir atau serbuk kayu. Tak hanya itu, juga bisa menambahkan sepotong kayu ke dalam kandang sebagai tempat persembunyiannya.
Berbeda dengan kecoa yang ada di lingkungan kotor yang memiliki sayap, kecoa dengan nama latin Gromphadorhina portentosa ini tak memiliki sayap sehingga tak perlu khawatir untuk kabur. Akan tetapi kecoa ini dapat merayap sehingga perlu menyiapkan sebuah ram kawat pada bagian atas terarium sebagai penutup kandang.
Kecoa ini pun juga tak berbau sehingga menjadi keunggulan saat bermain dengannya. Bahkan jalannya sendiri sangat pelan dan mudah ditangani.
(RIN)
(Rani Hardjanti)