Di saat air asam ini mencapai dasar tanah, ia akan bereaksi dengan kalsit di batuan dasar kapur.
Kemudian, air akan terus mengalir ke bawah melalui sambungan sempit dan retakan di zona tak jenuh dengan sedikit reaksi kimia lebih lanjut.
Barulah ketika air muncul dari atap gua, karbon dioksida hilang ke atmosfer gua dan beberapa kalsium karbonat diendapkan.
Air infiltrasi bertindak sebagaimana pompa kalsit dan mengeluarkannya. Air kemudian disimpan kembali dalam gua yang ada di bawahnya.
Asam karbonat juga bisa ditemukan di sebagian besar jaringan manusia, terutama terdeteksi pada air liur.
Di dalam sel, asam karbonat terletak di mitokondria dan sitoplasma. Nantinya, asam karbonat berguna sebagai pengatur pH (tingkat keasaman) di dalam darah.
Darah sendiri merupakan Buffer (larutan yang dapat mempertahankan pH) dengan asam lemahnya berupa H2CO3 berionisasi dalam air membentuk ion H+ dan basa konjugasinya berupa ion bikarbonat (HCO3–. ).
Asam karbonat juga terlibat dalam beberapa gangguan metabolisme, di antaranya termasuk 4-hydroxybutyric aciduria / succinic semialdehyde dehydrogenase deficiency, jalur 2-hydroxyglutric aciduria (bentuk D dan L), jalur sindrom hyperinsulinism-hyperammonemia, dan defisiensi succinic semialdehyde dehydrogenase.
Meski bersifat asam, asam karbonat juga banyak digunakan pada minuman berkarbonat seperti yang kita jumpai di berbagai jenis soft drink.
Efek asam yang dihasilkan dapat terjadi jika berlangsung pada konsentrasi asam yang tinggi sehingga menghasilkan kondisi pH larutan yang rendah.
Dikarenakan asam karbonat termasuk asam lemah, maka pH larutan juga tidak akan terjadi sangat rendah. Justru pada konsentrasi rendah, efek asam dapat terjadi jika terkena kontak secara terus-menerus.
Hal tersebut bisa saja terjadi seperti pada kasus orang yang sering mengkonsumsi minuman soft drink, maka akan ada efek pengeroposan gigi atau iritasi lambung.