3. Dewi Sartika
Dari Bumi Pasundan, Dewi Sartika hadir sebagai tokoh perempuan sekaligus pendidikan bangsa.
Dalam Jurnal Ilmiah Peradaban Islam bertajuk ‘Pemikiran Dewi Sartika pada Tahun 1904-1947 dalam Perspektif Islam’, dijelaskan bahwa pemilik nama lengkap Raden Dewi Sartika itu adalah perintis pendidikan perempuan di wilayah tanah Sunda.
Meskipun menemui banyak kendala dan keterbatasan, namun Dewi Sartika tetap mencoba mengembangkan diri dan pemikirannya agar bisa mendirikan sebuah sekolah.
Dewi Sartika dengan lantang menyuarakan pentingnya pendidikan bagi perempuan pribumi, terutama generasi muda.
Menurutnya, pendidikan adalah sebuah hal yang penting demi mendapatkan sebuah kekuatan.
Bagi perempuan sendiri, mendapat pendidikan merupakan salah satu cerminan tercapainya kesamaan hak dengan pria.
4. R.A Kartini
Bicara tentang pendidikan, maka nama R.A Kartini sudah pasti tak akan tertinggal.
Sebelum Dewi Sartika menyuarakan emansipasi perempuan, R.A Kartini telah lebih dahulu memulai perjuangannya di bidang tersebut.
Mengutip Jurnal Humanitas dengan judul ‘Pemikiran Pendidikan dan Perjuangan Raden Ayu Kartini untuk Perempuan Indonesia’, Kartini memiliki pemikiran jika perempuan harus sederajat dengan pria di segala aspek, tak terkecuali bidang pendidikan.
Dalam berbagai surat yang ia kirimkan kepada sahabat-sahabatnya di Belanda, Kartini mengungkapkan bahwa perempuan mempunyai andil besar dalam memajukan peradaban bangsa.
Maka dari itu, pendidikan yang diberikan kepada kaum perempuan akan sangat berguna dan menjadikan bangsa Indonesia sebagai bangsa maju dan lebih beradab.
“Perempuan sebagai pendukung peradaban!” kata Kartini dengan tegas saat menulis surat untuk Nyonya Abendanon pada 21 Januari 1901.
Pemikiran-pemikiran luar biasa Kartini terus menjadi api penyemangat bagi seluruh perempuan di Indonesia sampai sekarang.
(Natalia Bulan)