MELBOURNE- KBRI Canberra meningkatkan kerjasama antara universitas di Indonesia dan Australia, salah satunya dalam hal pertukaran dosen dan mahasiswa maupun dalam hal penelitian bersama dan publikasi. Demikian diutarakan Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) KBRI Canberra dalam acara Round Table Discussion di La Trobe University, Australia.
(Baca juga: Atdikbud Canberra Harap Mahasiswa Jadi Garda Terdepan Penguatan Daya Saing Nasional)
Dalam paparannya berjudul “Collaboration opportunities between universities in Indonesia and Australia”, Najib menyampaikan bahwa saat ini pemerintah Indonesia tengah mendorong universitas di Indonesia untuk melakukan internasionalisasi, mengimplementasikan kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), serta gencar melakukan hilirisasi riset dengan mempertemukan penelitian di universitas dan kebutuhan dunia industri melalui platform Kedaireka.
“Pemerintah telah memberikan tugas kepada beberapa universitas berstatus Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTN BH) untuk meningkatkan peringkatnya di tingkat dunia,”ujar Najib dalam keterangannya, Selasa (8/3/2022).
Hal ini dapat dilakukan diantaranya dengan meningkatkan reputasi akademik, meningkatkan rasio dosen dan mahasiswa internasional, meningkatkan publikasi dan sitasi di jurnal bereputasi.
“Untuk melakukan internasionalisasi, universitas di Indonesia perlu memperbanyak kerjasama baik dalam bidang pendidikan maupun penelitian dengan universitas di luar negeri, salah satunya dengan universitas di Australia. Karena kami memahami bahwa universitas di Australia memiliki reputasi internasional yang baik. Kerjasama antara universitas di Indonesia dan Australia tentu akan memberikan manfaat bagi kedua belah pihak”, jelas Najib.
Pihaknya juga menyampaikan salah satu implementasi dari kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) adalah mendorong mahasiswa Indonesia untuk memiliki pengalaman internasional dengan memfasilitasi mereka kuliah satu semester di luar negeri.
“Tahun lalu pemerintah memberikan beasiswa kepada hampir 1000 mahasiswa sarjana yang ingin mengambil kuliah satu semester di luar negeri dengan program Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA). Saat ini pemerintah juga memberikan beasiswa yang sama bagi mahasiswa vokasi dengan program Indonesia International Vocational Student Mobility Awards (IIVOSMA)”, tutur Najib.
Menurut Najib, penekanan IISMA dan IIVOSMA berbeda. Jika IISMA fokus berpartner dengan universtas top dunia, IIVOSMA lebih pada universitas yang telah memiliki partner industri.
IIVOSMA ditujukan untuk mahasiswa vokasi yang bobot prakteknya lebih banyak, sehingga diharapkan universitas yang akan menjadi partner adalah universitas yang memiliki hubungan erat dengan industri, sehingga mahasiswa tidak hanya belajar di kelas, tapi juga memperoleh kesempatan belajar di industri.
“IIVOSMA memerlukan partner universitas yang memiliki kedekatan dengan industri, oleh karena itu kami mengundang La Trobe University sebagai salah satu universitas yang memiliki hubungan erat dengan industri untuk mendaftar sebagai partner IIVOSMA”, tambah Najib.
Sementara Vice-Chancellor La Trobe University, Professor John Dewar, mengungkapkan ketertarikannya untuk bekerjasama dengan universitas di Indonesia.
Dewar mengatakan bahwa selama La Trobe University sangat kuat dalam bidang ilmu-ilmu kesehatan dan dengan beberapa universitas di Indonesia juga sudah memiliki Kerjasama. Namun begitu, menurut Dewar, potensi Indonesia sangat besar, oleh karena itu skala kerjasama dengan universitas di Indonesia perlu ditingkatkan.