Sementara perangkat lunak keempat adalah “Bentala Aksa” (https://grid.unpad.ac.id/~ba/). Perangkat ini dikembangkan oleh tim KKN Unpad yang dibimbing oleh Irwan.
Irwan menjelaskan, Bentala Aksa merupakan turunan dari perangkat lunak Indraja Buana. Hanya saja, Bentala Aksa lebih dikhususkan untuk melihat bagaimana potensi pertanian dari lahan yang tersebar di Jawa Barat.
Data dari citra pengindraan jauh dikombinasikan dengan data dari Kementerian Pertanian, sehingga aplikasi ini bisa menentukan bagaimana karakteristik lahan dan potensi tanamannya.
“Kita bisa lihat apakah di suatu wilayah cocok ditanami kelapa, atau rambutan, misalnya, sehingga bisa tahu lahan itu cocoknya buat apa,” papar Irwan.
Perangkat lunak terakhir adalah “MataBDG” (https://grid.unpad.ac.id/~matabdg/). Perangkat ini juga khusus digunakan untuk melihat potensi wilayah di Bandung Raya, mulai dari data indeks (NDVI, NDWI, NDBI dan suhu tanah), hingga data tutupan lahan, dan data kualitas udara.
Perangkat lunak MataBDG dikhususnya untuk menyajikan data pengindraan jauh di Bandung. “Karena kita ada di Bandung dan ingin memberikan kontribusi, sehingga software ini bermanfaat bagi Bandung,” sambungnya.
Irwan mengatakan, sejumlah perangkat lunak sudah pernah dipresentasikan di berbagai pertemuan ilmiah tingkat nasional maupun internasional. Bahkan, perangkat lunak Indraja Buana dan Pajabat juga pernah memenangkan kompetisi bergengsi yang digelar Himpunan Ahli Geofisika Indonesia (HAGI).
Tidak hanya itu, kelima perangkat lunak ini juga telah memperoleh Surat Pencatatan Hak Cipta dari Direktur Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan HAM RI untuk kategori jenis ciptaan program komputer.
Ke depan, tim Geofisika Unpad akan terus melakukan pengembangan dan pembaruan, utamanya mengombinasikan dengan kecerdasan buatan (artificial intelligence), hingga menambahkan sejumlah parameter lain. (din)
(Rani Hardjanti)