Adapun faktor internal yang memperngaruhi hilangnya sopan santun siswa Indonesia itu pada diri siswa itu sendiri, keluarga, lingkungan, tempat nongkrong, lingkungan sekolah, ataupun media massa. Pengetahuan sopan santun yang memang kurang dari orang tua dan tidaknya mendengarkan pelajaran di kelas sehingga siswa minim sekali pengetahuan tentang sopan santun juga memicu hilangnya budaya sopan santun di Indonesia. Cara berpakaian yang sopan juga kurang diperhatikan oleh siswa atau remaja masa kini, seharusnya keadaan seperti ini jangan sampai terjadi.
Melihat kondisi demikian, lebih baik jika orang tua ikut berperan dalam pembentukan etika pada anak. Dan orang tua dituntut untuk mengajarkan nila-nilai tersebut. Membelajarkan anak tidak dapat dilakukan dalam satu hari, namun proses demi proses sehingga menghasilkan penerus bangsa yang paham akan budaya, tatakrama, dan sopan santun.
Pendidikan karakter di sekolah dapat dijadikan sebagai pendidikan sopan santun terhadap anak. Karena pendidikan karakter banyak dikaitkan dengan pendidikan budi pekerti, ahlak mulia, moral, bahkan dapat membantu norma kesopanan pada anak. Melalui Pendidikan karakter diharapkan anak dapat bersikap sopan dan santun terhadap orang yang lebih tua maupun teman sebaya.
Pendidikan Bahasa Jawa untuk remaja atau siswa daerah Jawa dapat diterapkan sebagai sarana membelajarkan anak untuk lebih mengerti sopan santun karena dalam pembelajaran Bahasa Jawa juga diajarkan bagaimana dalam bertutur yang sopan. Seharusnya dalam pelajaran Bahasa Jawa pengajaran tentang kebudayaan jawa yang berkaitan dengan budi pekerti dan kepribadian. Ada praktik dalam pembelajaran mengenai sopan santun yang harus diterapkan siswa setiap harinya sebagai solusi untuk tetap melestarikan budaya sopan santun di Indonesia. Misalnya unggah-ungguh dalam berbicara.
Penulis: Arditha Oky Rista P
(Widi Agustian)