JAKARTA - Kehidupan di asrama pesantren dikenal dengan kedisiplinan dan keteraturan waktu. Sejak subuh hingga malam, setiap kegiatan santri telah diatur dengan rapi. Pola hidup seperti ini bukan hanya mencerminkan rutinitas religius, tetapi juga menjadi latihan nyata dalam membentuk karakter, tanggung jawab, dan kemandirian sejak usia muda.
Rutinitas para santri umumnya dimulai dari panggilan shalat berjamaah di masjid. Setelah itu, mereka mengisi waktu dengan membaca Al-Qur’an atau mempersiapkan diri untuk kegiatan belajar. Aktivitas tersebut menjadi bagian dari keseharian yang menumbuhkan kebiasaan spiritual dan disiplin waktu.
Di siang hari, kegiatan belajar mengajar berlangsung di kelas formal yang sudah diatur dalam kurikulum. Setelah itu, para santri kembali ke asrama untuk beristirahat sejenak sebelum mengikuti kegiatan sore seperti olahraga, pramuka, atau kegiatan sosial.
Semua aktivitas ini membantu santri menjaga keseimbangan antara ilmu pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai keislaman.
Menjelang malam, suasana asrama berubah menjadi lebih tenang. Para santri kembali berkumpul untuk shalat berjamaah, dilanjutkan dengan belajar malam atau murojaah hafalan. Kegiatan ini tidak hanya mengasah daya ingat, tetapi juga menanamkan semangat belajar seumur hidup. Pola seperti ini menjadi fondasi kuat bagi mereka dalam menghadapi tantangan di luar lingkungan pesantren.
Pola pembinaan karakter dan kedisiplinan semacam itu juga diterapkan di Pondok Pesantren Al-Hidayah Al-Mumtazah di Jatiasih, Bekasi.
Di lingkungan asrama yang terintegrasi dengan sekolah, para santri menjalani aktivitas selama 24 jam dalam pengawasan para pengajar. Kegiatan ibadah, belajar, hingga kegiatan sosial berjalan seimbang, membentuk pribadi yang disiplin, tangguh, dan berakhlak baik.